Jogja
Selasa, 19 Agustus 2014 - 19:20 WIB

KEKERINGAN SLEMAN : Prambanan Butuh Solar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi kekeringan (Sunaryo Haryo Bayu/Espos/dok)

Harianjogja.com, SLEMAN – Kekeringan di perbukitan Prambanan membuat warga kekurangan air bersih. Tiga saluran air bersih yang belum keseluruhan dikonversi menggunakan listrik membuat warga butuh bantuan solar sebagai bahan bakar operasional.

Ketiga sistem saluran air di Prambanan yakni sistem I di Dusun Bleber, Desa Sumberharjo. Sistem II di Dusun Majasem, Desa Sambirejo dan Sistem III di Dusun Ngeboran, Desa Sumberharjo. Ketiga sistem ini masing-masing memiliki sumur induk sebagai sumber mata air untuk mengatasi kekurangan air bersih. Kemudian diangkat ke reservoar di berbagai titik pada perbukitan untuk disalurkan ke warga dengan dibantu gaya gravitasi.

Advertisement

Ketua Organisasi Pengelola Pemakai Air (OPPA) Prambanan, Mujimin menjelaskan proses konversi dari diesel ke listrik belum sepenuhnya sempurna di sistem saluran I. Saat ini baru sumur induknya yang sudah dikonversi ke listrik. Sedangkan proses distribusi di resevoar masih menggunakan diesel sehingga membutuhkan solar yang cukup banyak.

“Kalau sistem II yang di Bleber malah sudah bagus, baik sumur induk maupun reservoar semua sudah menggunakan listrik. Sehingga kebutuhan warga sudah aman,” ungkapnya, Senin (18/8/2014) kemarin.

Musim kemarau membuat proses distribusi sistem saluran I pun harus ekstra. Mengingat debit air yang mulai menurun untuk diangkat menuju dua reservoar. Dalam hitungannya, saat ini butuh sekitar 90 liter per harinya untuk sistem saluran I. Saat ini pihaknya tengah dalam proses pengajuan bantuan subsidi solar sekitar 27.000 liter ke Pemkab Sleman.

Advertisement

“Hitungan saya untuk dua reservoar yang di sistem II butuh sekitar 90 liter per harinya,” imbuh dia.

Menurut dia sistem I di Majasem itu mampu melayani sebanyak 1.942 Kepala Keluarga (KK). Antara lain di Desa Sambirejo dapat menjangkau enam dusun. Kemudian di Desa Sumberharjo dan Desa Bokoharjo masing-masing terdapat satu dusun yang dijangkau oleh sistem saluran I.

“Kami berharap yang sudah berjalan ini tidak terganggu terutama sehingga butuh bahan bakar untuk memperlancar distribusi saluran,” ujarnya.

Advertisement

Ia menambahkan untuk sistem saluran III di Ngeboran juga masih menggunakan diesel. Akantetapi pihaknya tidak dapat mengkalkulasi kebutuhan solar di sistem ini karena proses distribusi baik terutama di reservoar belum berjalan maksimal. Bahkan seringkali tidak beroperasi. Sebanyak 800 KK di Desa Gayamharjo biasanya mengunakan air bersih melalui sistem ini. Akantetapi karena belum bisa dimaksimalkan sehingga warga banyak yang membeli air bersih.

“Di sistem ini kami masih butuh penataan sumber daya manusia,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif