Lifestyle
Senin, 18 Agustus 2014 - 22:00 WIB

KULINER SOLORAYA : Ada Kuliner Tempo Dulu di Pasar Gede Solo...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasar Gede Solo. (JIBI/Solopos.com)

Solopos.com, SOLO — Pasar Gede Harjonagoro adalah salah satu dari banyak pasar tradisional di Kota Solo. Lazimnya pasar tradisional di Kota Solo, Pasar Gede menawarkan lauk, buah dan sayur-sayuran, dan masih banyak lagi, termasuk kuliner Soloraya yang kini sudah mulai langka. Sebutlah misalnya pecel ndesa, brambang asem, gempol pleret, dawet selasih, dan cabuk rambak.

Pasar Gede memiliki tiga pintu masuk, pintu masuk utama berada di sisi utara, pintu lainnya berada di sisi selatan dan di sisi barat pasar. Begitu memasuki pintu utama pasar, Anda akan disambut beberapa pedagang kuliner Soloraya yang menjual pelbagai jenis makanan tradisional, seperti ote-ote—yang kerap disebut secara salah kaprah sebagai bakwan oleh sebagian kalangan, tahu isi, pisang goreng, onde-onde, dan randa royal alias tape goreng. Aneka penganan ringan tersebut rata-rata dijual dengan harga Rp1.000 per biji.

Advertisement

Pecel Ndesa

Itu dia nasi beras merah Pecel Ndesa, Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah. Foto diambil Jumat (15/8/2014). (Habib Mukhtar Sanjaya/JIBI/Solopos.com)

Advertisement

Itu dia nasi beras merah Pecel Ndesa, Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah. Foto diambil Jumat (15/8/2014). (Habib Mukhtar Sanjaya/JIBI/Solopos.com)

Sesaat sebelum memasuki Pasar Gede, Anda akan menjumpai penjual pecel ndesa di sisi kanan pintu masuk utama. Kuliner Soloraya satu ini berbeda dengan pecel pada umumnya, nasi yang digunakan dari beras merah. Nasi beras merah itu dipadukan dengan pelbagai jenis sayuran yang direbus seperti kenikir, taoge, daun pepaya, daun bayam, jantung pisang, kacang panjang, dan daun ketela.
Kuah bumbu pecel ndesa juga berbeda dengan pada umumnya pecel di daerah lain. Kuah bumbu itu merupakan sambal wijen yang dicairkan.
Untuk bisa menikmati pecel ndesa yang merupakan olahan khas Soloraya itu, pembeli cukup membayar Rp5.000 untuk setiap porsi. Penjual pecel ndesa di Pasar Gede buka mulai pukul 05.00 WIB sampai pukul 07.30 WIB.

 

Advertisement

Penjual Cabuk Rambak sibuk melayani pembeli, Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah. Jumat (15/8/2014). (Habib Mukhtar Sanjaya/JIBI/Solopos.com)

Tidak jauh dari pintu masuk utama Pasar Gede itu, setelah melewati penjual buah-buahan, Anda akan menjumpai banyak penjual lain kuliner Soloraya. Salah satu komoditas yang mereka tawarkan adalah cabuk rambak.
Kuliner Soloraya yang satu ini disajikan di selembar daun pisang yang dipincuk. Penjualanya meracik irisan ketupat yang disiram sambal cabuk, yang terbuat dari wijen dan parutan kelapa. Cabuk rambak lazim dihidangkan bersama kerupuk beras alias karak.
Dengan membayar Rp2.500, Anda bisa menikmati seporsi cabuk rambak khas Soloraya. Penjual cabuk rambak di Pasar Gede Solo mulai buka pukul 06.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.

Dawet Selasih dan Gempol Pleret

Advertisement

Suasana lapak Ibu Hj. Siswo Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Jumat (15/08/2014), ramai dikunjungi pembeli. (Habib Mukhtar Sanjaya/JIBI/Solopos.com)

Tidak jauh dari penjual cabuk rambak, di bagian tengah Pasar Gede, Anda bisa menjumpai lapak Ibu Hj. Siswo yang menjual dawet selasih dan gempol pleret.
Dawet selasih berisikan bubur sumsum, ketan hitam, cendol, tape ketan, selasih yang kemudian disiram dengan santan dan ditambah es batu. Sedangkan, gempol pleret berisikan bola-bola yang terbuat dari tepung beras yang biasa disebut warga Solo sebagai gempol. Gempol biasa disajikan bersama irisan buah nangka, cendol, yang ditambah beberapa lembaran tipis dari tepung ketan yang disebut pleret. Racikan itu selanjutnya disiram dengan kuah santan yang dicampur dengan gula merah dan es batu.
Untuk menikmati segarnya dawet selasih dan gempol pleret khas Soloraya, Anda cukup merogoh kantung dan membayar Rp5.000 per mangkuknya. Lapak Ibu Hj, Siswo ini buka mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.

Brambang Asem dan Gethuk Lindri

Advertisement

Pedagang brambang asem dan gethuk lindri di Pasar Gede melayani pengunjung, Jumat (15/8/2014). (Habib Mukhtar Sanjaya/JIBI/Solopos)

Tepat di depan lapak Ibu Hj. Siswo yang menjual dawet selasih dan gempol pleret, Anda bisa menjumpai deretan penjual brambang asem dan gethuk lindri.
Gethuk lindri terbuat dari singkong rebus yang digiling kemudian ditambah dengan gula dan pewarna makanan. Panganan khas Soloraya ini biasa disajikan bersama ketan hitam, cenil, klepon, gendar, gatot, lalu ditaburi parutan kelapa dan disiram larutan gula merah.
Selain gethuk lindri, di situ juga menjual brambang asem, yang terbuat dari rebusan daun ubi jalar berendam sambal khas brambang asem. Brambang asem lazim disajikan bersama tempe gembus atau tahu bacem.
Anda hanya perlu membayar Rp3.000 untuk seporsi gethuk lindri dan Rp2.500 untuk seporsi brambang asem. Penjual gethuk lindri dan brambang asem buka di Pasar Gede Solo mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. (Habib Mukhtar Sanjaya/JIBI/Solopos.com)

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif