Jogja
Senin, 18 Agustus 2014 - 13:20 WIB

Anemia Penyebab Tingginya Kasus Kematian Bayi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pil zat besi. (JIBI/Solopos/Dok)

Harianjogja.com, KULONPROGO– Anemia menjadi penyebab utama tingginya kematian pada bayi yang baru lahir. Untuk menekan potensi kematian bayi baru lahir, Dinas Kesehatan Kulonprogo mengelar program peningkatan zat besi di sekolah-sekolah, khususnya untuk remaja putri.

“Ibu hamil yang mengidap anemia memiliki resiko besar melahirkan bayi dengan bobot minim. Bayi yang terlahir kecil biasanya tidak dapat bertahan hidup,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo Bambang Haryanto kepada Harianjogja.com.

Advertisement

Bambang menuturkan perbaikan zat besi dan gizi pada ibu hamil yang menderita anemia kemungkinan akan sulit dilakukan. Oleh karenanya, perbaikan zat besi dalam tubuh sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Perbaikan zat besi dapat dilakukan sejak usia remaja.

“Karena dari survei yang telah kami lakukan pada salah satu sekolah menengah atas, sebanyak 70 persen siswinya memiliki anemia. Di sekolah lain dari sekian siswinya yang terkena anemia bisa mencapai 62 persen. Potensinya sangat tinggi,” papar Bambang.

Kurangnya zat besi pada remaja putri dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik karena menstruasi maupun karena asupan gizi yang kurang. Apalagi bila terjadi pada remaja yang hamil, maka resiko kematian bayi akan sangat tinggi. Selain melalui sosialisasi kesehatan reproduksi secara intensif, Dinas Kesehatan mulai membidik program lain, yakni dengan perbaikan zat besi pada pelajar putri.

Advertisement

“Kami adakan program perbaikan zat besi dengan memberikan vitamin penambah darah. Program ini baru kami lakukan untuk 20 sekolah yang akan berjalan hingga akhir tahun ini. Harapannya langkah ini dapat menekan kasus bayi lahir kecil hingga kematian pada bayi baru lahir,” jelas Bambang.

Direktur Eksekutif PKBI Kulonprogo Paulo Ngadi Cahyono menambahkan program peningkatan dan perbaikan zat besi sangatlah tepat untuk diberikan pada renaja putri. Namun, untuk sasaran sekolah perlu adanya pertimbangan khusus agar program tersebut dapat lebih tepat sasaran. Pemilihan sekolah di tingkat kecamatan dinilai lebih efektif.

“Kalau bisa sasaran di tingkat kecamatan, jangan memfokuskan pada sekolah favorit. Selain itu, infomasi juga harus dapat disampaikan juga pada laki-laki, agar mereka juga memahami, bahwa ternyata perempuan jauh lebih beresiko terkena anemia,” papar Paulo.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif