Jogja
Minggu, 17 Agustus 2014 - 18:18 WIB

HUT KEMERDEKAAN RI : Di Upacara Ini, Warga Bebas Memakai Kostum Kreasinya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Lazimnya upacara peringatan kemerdekaan dilakukan secara formal. Dimana pesertanya diwajibkan menggunakan seragam. Namun hal berbeda ditunjukkan warga Dusun Wukirsari, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari. Ratusan peserta diberikan keleluasaan untuk mendesain kostum sesuai dengan keinginan masing-masing. Malahan, bagi peserta paling kreatif telah disediakan hadiah. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, David Kurniawan.

Nuansa berbeda terlihat di area lahan seluas 400 meter persegi milik Dinas Peternakan Gunungkidul. Tak seperti biasa, lahan yang  dibiarkan kosong, Minggu (17/8/2014) pagi, lapangan dipenuhi ratusan warga untuk melaksanakan peringatan Hari Ulang Tahun ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia .

Advertisement

Seluruh elemen masyarakat ikut dalam memperingati hari bersejarah
bagi bangsa Indonesia. Upacara tak hanya diikuti oleh orang dewasa saja, melainkan warga dari berbagai kalangan usia. Mulai dari anak-anak hingga orang tua dengan khidmat mengikuti upacara peringatan terbebasnya Indonesia dari belenggu penjajahan itu.

Uniknya, kegiatan tersebut dihadiri oleh seluruh warga dusun yang terdiri dari 8 RT itu. Total jumlah pesertanya mencapai 250 orang. Tak hanya itu, seluruh peserta diberikan kebebasan untuk mendesain dan menggunakan seragam sesuai dengan keinginan masing-masing. Malahan, bagi peserta paling kreatif disediakan hadiah kejutan dari panitia penyelenggara.

Imbasnya, masing-masing peserta menunjukkan kreativitasnya dalam berpakaian, mulai berpakaian layaknya anak sekolah dari SD hingga SMA hingga memeragakaan tokoh pejuang wanita. Demi memeroleh predikat peserta paling kreatif ada juga peserta yang berdandan layaknya banci, menggunakan pakaian Adat Jawa.

Advertisement

Tapi, ada juga peserta yang berdandan sesuai dengan pekerjaannnya sebagai seorang pemulung. Kebetulan, di dusun ini bersebelahan dengan tempat pembuangan akhir Wukirsari, sehingga banyak warganya yang mengais rejeki dari tempat pembuangan sampah tersebut.

Kesederhanaan upacara tak hanya terlihat dari cara berpakaian yang digunakan. Tiang bendera yang digunakan juga hanya berasal dari sebilah bambu. Tampil sebagai inspektur upacara, Kepala Dusun Wukirsari Agustinus Sutrisno.

Sementara itu, paduan suara yang mengiringi berasal dari ibu-ibu di wilayah perbatasan Kecamatan Wonosari itu. Uniknya lagi, kelompok paduan suara ini kompak menggunakan seragam layaknya siswi-siswi di sekolah dasar.

Advertisement

Keunikan lainnya, petugas pengibar bendera seringkali menggunakan
seragam putih-putih. Namun, pelaksanaan upacara di Dusun Wukirsari tak terlihat. Pasalnya, petugas pengibar bendera lebih memilih menggunakan pakaian adat jawa.

Meski terlihat sederhana dan terkesan seadaanya, tidak mengurangi nilai dari peringatan upacara tersebut. Seluruh peserta dengan khidmat mengikuti jalannya tiap tahapan upacara.

Tak beda jauh dengan pelaksanaan upacara di tempat lain, kegiatan ini juga dilaksanakan pengibaran bendera Merah Putih dan pembacaan teks proklamasi.

Kepala Dusun Wukirsari, Agustinus Sutrisno mengapresiasi seluruh warga yang hadir dalam upacara peringatan 17 Agustusan. Pasalnya, mereka yang hadir dalam upacara itu berasal dari seluruh kalangan masyarakat, mulai dari pemulung, petani, peternak, PNS dan pelaku seni di Wukirsari. Tak ketinggalan para sesepuh juga turut hadir dalam kegiatan yang dilaksanakan satu tahun sekali ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif