News
Sabtu, 16 Agustus 2014 - 14:25 WIB

KASUS UNTUNG WIYONO : Dua Tahun Meringkuk di Penjara, Untung Sudah Terbitkan 4 Buku

Redaksi Solopos.com  /  Hijriyah Al Wakhidah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mantan Bupati Sragen Untung Wiyono (kiri) bersama penasihat hukumnya mengikuti sidang pengajuan peninjauan kembali (PK) kasus korupsi APBD Kabupaten Sragen senilai Rp11,2 miliar, di Pengadilan Tipikor Semarang, Jawa Tengah, Rabu (28/5/2014). Dalam sidang tersebut jaksa penuntut umum mementahkan seluruh bukti baru atau novum yang diajukan oleh Untung Wiyono. Dalam perkara itu, Untung Wiyono telah menjadi terpidana dan harus menjalani hukuman tujuh tahun penjara. Untung Wiyono masih pula harus berkewajiban mengembalikan kerugian negara Rp10,5 miliar selain masuk bui selama tujuh tahun. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Solopos.com, SEMARANG—Mantan Bupati Sragen, Untung Wiyono, telah mendekam di Lapas Kedungpane, Semarang.

Bupati Sragen periode 2001-2011 itu dibui terkait kasus korupsi kas APBD tahun 2003 hingga 2010 sebesar Rp11,2 miliar dan dihukum 7 tahun penjara. Apa saja kegiatan Untung selama mendekam dibalik jeruji besi?

Advertisement

Sembari menunggu hasil upaya peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung, dari bilik penjara rupanya Untung masih melakukan hobinya, yaitu menulis. Bahkan empat buku sudah diterbitkan selama Untung mendekam di lapas sejak tahun 2012.

Buku terbarunya diterbitkan pada bulan Juli 2014 lalu oleh penerbit Ndayu Pustaka dengan judul “Menggerakkan Kekuatan Indonesia”. Menurut Untung, buku tersebut merupakan pengalamannya selama menjabat Bupati Sragen selama dua periode.

Advertisement

Buku terbarunya diterbitkan pada bulan Juli 2014 lalu oleh penerbit Ndayu Pustaka dengan judul “Menggerakkan Kekuatan Indonesia”. Menurut Untung, buku tersebut merupakan pengalamannya selama menjabat Bupati Sragen selama dua periode.

“Ini bukan mengarang, ini pengalaman aku membangun Sragen. Dulu Sragen itu Kabupaten termiskin kedua di Jawa Tengah sebelum saya menjabat,” kata Untung, dikutip detik.com, di Lapas Klas I Kedungpane Semarang, Sabtu (16/8/2014).

Menurut Untung, buku dengan tebal mencapai 300 halaman tersebut bisa dijadikan pedoman kepada para pemimpin di Indonesia, termasuk Presiden terpilih.

Advertisement

“Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota harus sinergi jalan. Nanti pak Presiden yang baru, bisa selesaikan ini (isi buku) saja sudah bagus,” tandasnya.

Buku dengan cover putih bergambar tiga roda gigi itu juga dibubuhi komentar dari beberapa tokoh di antaranya Gubernur Jawa Tengah Periode 1998-2007, Mardiyanto. Ia pun sudah mencetak buku itu sebanyak 2.000 eksemplar dan dijual di lapas atau melalui pemesanan.

Selama di dalam lapas, lanjut Untung, ia bisa lebih mencurahkan hobi menulisnya itu dengan memanfaatkan fasilitas yang disiapkan untuk kreatifitas penghuni lapas. Ia juga dibantu penghuni lapas lainnya saat menulis buku.

Advertisement

“Di sini mau ngapain lagi? Aku di sini bisa berkarya 24 jam. Buku ini aku tulis dalam waktu enam bulan,” ujarnya.

Salah satu narapidana yang membantu Untung adalah Narto. Menurut Narto, buku terakhir yang dijual dengan harga Rp 50 ribu itu lebih laris daripada buku-buku sebelumnya. Pelangganya pun banyak dari pejabat-pejabat daerah.

“Ini laris, kepala daerah banyak yang beli. Biasanya dikirim,” kata Narto.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif