Jogja
Kamis, 14 Agustus 2014 - 06:40 WIB

TRADISI BARTER : Ngurup, Tradisi Barter Ala Gunungkidul

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Murjiyanti (kanan) menukarkan satu beruk kecil beras dan ditukar dengan setengah kilogram gula jawa oleh Pantiem (kiri). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Tradisi barter atau menukar barang dengan barang, rupanya masih bisa ditemui di beberapa wilayah di Gunungkidul. Misalnya saja di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari dan Desa Girikarto, Kecamatan Panggang. Orang lokal menyebutnya dengan istilah ngurup. Dalam tradisi ngurup warga menukarkan hasil pertanian dengan bahan kebutuhan pokok.

Salah satu warga Desa Ngestirejo Murjiyanti menuturkan kebiasaan tersebut tetap bertahan karena masyarakat masih membutuhkan cara tersebut untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok.

Advertisement

Uang menjadi hal yang sangat berharga bagi warga menengah ke bawah. Bahkan uang Rp1.000 sangat besar nilainya.

“Biasanya saya menukar gaplek, jagung, nasi aking hingga beras dengan  minyak tanah, gula jawa, tempe, penyedap rasa,” ungkap dia ketika ditemui saat menukarkan beras, Selasa (12/8/2014).

Ngurup sangat membantu warga khususnya yang menengah ke bawah. Ketika warga tidak memiliki cukup  uang untuk membeli bahan kebutuhan pokok, warga bisa menukarkan hasil panen

Advertisement

mereka sedikit demi sedikit. Warga lainnya, Sutinah juga sangat tertolong dengan masih lestarinya ngurup. Jika hasil panen tinggal sedikit dan tidak ada uang, ia masih bisa menukarkannya dengan bahan yang ia butuhkan.

Lokasi ngurup di Ngestirejo biasanya dipusatkan ke kediaman Mbah Pantiem. Setiap bulan, Mbah Pantiem ini yang bertugas berbelanja terlebih dahulu untuk menyediakan barang untuk ditukar. Biasanya ia menyediakan minyak goreng, tempe, gula jawa, penyedap rasa untuk ditukarkan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif