Soloraya
Rabu, 13 Agustus 2014 - 07:02 WIB

TATA KOTA SOLO : Ikatan Ahli Perencanaan Nilai Solo dan Jogja Kota Ternyaman, Setujukah Anda?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Situasi Pasar Klewer, salah satu sudut Kota Solo. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — Survei Most Livable City Index (MLCI) yang hasilnya dilansir Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP), Selasa (11/8/2014), menempatkan Solo dan Jogja sebagai dua dari tujuh kota di Indonesia yang ternyaman untuk ditinggali. Setujukah Anda?

Selain Solo dan Jogja, survei MLCI yang dilakukan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia itu juga menempatkan Balikpapan, Malang, Palembang, Makassar, dan Bandung sebagai kota menengah di Indonesia yang indeks kenyamanannya di atas rata-rata nasional, 63,2%.

Advertisement

Indeks kenyamanan kota itu didasarkan pada 27 indikator, dengan faktor ekonomi menjadi poin utama tingkat kenyamanan dan kelayakan hunian. Indikator selanjutnya adalah faktor kebersihan dan keberadaan fasilitas kesehatan.

Data itu diperoleh melalui survei primer yang dilakukan terhadap warga kota terhadap kondisi dan layanan perkotaan di masing-masing wilayah. Survei yang margin error-nya 2% tersebut dilakukan dengan melibatkan 1.000 responden. Survei tersebut dilaksanakan pada kuartal II/2014 dengan menilai tingkat kepuasan warga akan kota yang mereka huni.

Ketua Umum IAP Bernardus R. Djonoputro mengatakan ketujuh kota menengah yang masuk kategori MLCI memberikan akses mudah bagi para warganya berangkat ke tempat kerja. Selain itu, warga juga mengklaim kemudahan transportasi dan kualitas kota yang meningkat karena kemampuan kepemimpinan wali kota.

Advertisement

“Seperti contoh, Kota Makassar di mana wali kotanya telah memberikan akses kemudahan bagi warganya untuk tidak mengantre mendapatkan surat administratif di pusat pemerintahan. Mereka sudah mendapatkan kartu khusus dengan sistem online,” katanya saat ditemui Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Senin (11/8/2014).

Keberadaan indeks ini, tambahnya, tidak dimaksudkan untuk melakukan pemeringkatan “kota yang lebih baik” tetapi untuk mengukur kualitas kehidupan warga kota. MLCI bertujuan untuk melakukan identifikasi awal faktor-faktor krisis pembangunan pada masing-masing kota berdasarkan persepsi dan impresi warganya.

Dengan adanya survei ini, lanjut Bernardus, pemerintah harus memberikan perhatian lebih tidak hanya kepada infrastruktur tetapi kualitas hidup yang ditentukan oleh suasana kota yang bersifat sosial. “MLCI juga dapat dijadikan early warning system atau peringatan awal terhadap proses pembangunan yang dilaksanakan,” ujarnya.

Advertisement

Di sisi swasta, MLCI dapat dijadikan pedoman dalam melakukan investasi. Selain itu, di sisi perencana kota, survei ini dapat membantu mengidentifikasi titik-titik yang harus disorot dalam bidang perencanaan. Misalnya, dalam merencanakan tata kota supaya lebih layak huni di kota metropolis yang berada di bawah rata-rata indeks nasional kenyamanan, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif