Soloraya
Rabu, 13 Agustus 2014 - 18:09 WIB

KERACUNAN MASSAL KLATEN : Sumur Milik Warga yang Keracunan di Klaten Diperiksa, Ini Penjelasannya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/dokumen)

Solopos.com, KLATEN — Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten terus mengembangkan investigasi terhadap penyebab keracunan massal di Dukuh Kebonagung, Desa Ceporan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten. Terakhir, petugas memeriksa sejumlah sumur yang digunakan untuk pengolahan makanan hajatan.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Rabu (13/8/2014), petugas Dinkes Klaten bersama puskesmas setempat mengambil sampel air di lima sumur milik warga. Sampel tersebut nantinya dipakai untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan bakteri dalam air.

Advertisement

Kepala Puskesmas Gantiwarno, Andi Markoco, mengatakan pengambilan sampel air menjadi langkah strategis yang bisa dilakukan untuk mengungkap penyebab diare akibat keracunan massal di kalangan warga. Pasalnya, makanan dalam syukuran yang semestinya bisa diambil sampel telah habis tak bersisa.

“Pemeriksaan sumur diperlukan untuk mengukur kadar bakteriologis dalam air. Kami terus mengembangkan penelitian,” ujarnya saat dijumpai Solopos.com di desa itu.

Untuk memastikan ada tidaknya penyebaran bakteri lewat air, Dinkes Klaten mengambil sampel sumur yang mewakili tempat pengolahan makanan maupun di luar tempat pengolahan. Menurut bidan desa setempat, Mulyati, tim mengambil sampel air di sumur milik penggelar hajatan, tempat penyembelihan ayam untuk hajatan, sumur milik seorang penderita diare dan sumur warga yang ikut rewang.

Advertisement

“Sumur milik warga yang tidak ikut hajatan juga dicek untuk mengembangkan penelitian. Sampel diolah di laboratorium Dinkes. Mungkin sepekan hasilnya sudah turun,” jelasnya.

Penyuluhan
Selain mengecek sumur, petugas puskesmas menyampaikan penyuluhan tentang diare dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah warga setempat, Rabu. Mulyati mengatakan penyuluhan dimaksudkan agar tidak terjadi penambahan penderita diare di wilayah sekitar. “Warga juga dibekali gejala diare agar bisa mengambil langkah sebelum keluhan tambah parah.”

Kepala Dinkes Klaten, Ronny Roekmito, mengakui maraknya hajatan di saat Syawal atau Agustus ikut memicu peristiwa keracunan. Ronny mengatakan sebagian warga yang rewang mandiri di kampung kadang melupakan sisi kebersihan pengolahan makanan.

Advertisement

“Kalau makanannya lewat katering sih bisa kami jamin lewat PIRT [Pangan Industri Rumah Tangga]. Jadi katering yang belum dapat label itu tidak boleh beroperasi. Namun kalau yang mengolah makanan warga sendiri kan susah. Kami juga tidak bisa melarang,” tuturnya.

Pihaknya mewanti-wanti warga yang akan menggelar hajatan agar memerhatikan alat, bahan maupun tempat pengolahan makanan. Ronny juga meminta warga mewaspadai bahan makanan yang cepat basi seperti santan. “Kandungan santan itu harus disajikan fresh. Tidak bisa menunggu meski sehari,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif