Jogja
Senin, 11 Agustus 2014 - 13:20 WIB

Perajin Logam Ini Bikin Helm Freeport untuk Timnas U-19

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Simur (tengah) dan dua pekerja kreatif ukir pahat logam tengah merampungkan suvenir berbentuk helm pekerja pertambangan yang dipesan PT Freeport. (Endro Guntoro/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA-Kerajinan logam secara manual sudah banyak ditinggalkan perajin di DIY. Hanya Murdiyanto, 39, warga Dusun Singosaren I, Desa Singosaren, Kecamatan Banguntapan, Bantul masih mempertahankannya.

Setidaknya, pria yang biasa dipanggil Sumir ini telah menghabiskan waktu 14 tahun untuk menekuni usaha kerajinan logam secara manual. Saat ini hasil jerih payahnya juga sudah nampak.

Advertisement

Biasanya sejumlah perusahaan besar itu memesan cenderamata untuk diberikan kepada mitra mereka yang sudah memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut. Karenanya, cenderamata yang dipesan harus memiliki kualitas yang bagus. Tak sembarangan perusahaan yang memesan kerajinan dari Simur, sebut saja, Freeport, Pertamina, Newmont dan banyak lagi lainnya.

“Kami tengah menyelesaikan helm kerja berbahan tembaga yang dipesan PT Freeport. Helm ini bukan alat kerja tapi cenderamata perusahaan untuk kenang-kenangan mitra usahanya,” ujar Simur saat ditemui Harianjogja.com, akhir pekan lalu.

Sebelumnya, helm bergaya mandor dan berbahan tembaga dengan motif yang rumit seperti alat-alat berat pertambangan juga dipesan Freeport. Hanya, di bagian depannya terdapat nama Evan Dimas dan 39 putra-putra terbaik Indonesia yang tidak lain pemain Timnas U-19.

Advertisement

“PT Freeport memberikan kenang-kenangan untuk Timnas Indonesia,” tambah Simur.

Simur mengaku dengan membuat cenderamata berbentuk helm pertambangan itu keuntungan yang didapatkan cukup lumayan. Hanya untuk membuat helm tersebut setiap satu karyanya membutuhkan waktu sekitar empat hari untuk menyelesaikannya. Satu helm tersebut dihargai Rp800.000.

“Harga tergantung ukuran dan tingkat kesulitan motif ukir yang diminta. Semakin rumit tentu semakin sulit pengerjaannya,” imbuh pria yang juga tengah menggarap pin berbahan tembaga dan berlapis emas pesanan sejumlah pejabat tersebut.

Advertisement

Produksi kerajinan logam yang dikerjakan secara manual seperti ditekuni Simur saat ini sudah tidak banyak lagi dijumpai di DIY. Pasalnya, sudah tidak banyak muncul generasi tenaga ukir dan pahat tembaga, kuningan dan bahan logam lain. Padahal kerajinan itu hanya bisa dikerjakan dengan tenaga manual.

“Tukang tatah ukir logam sekarang sudah mulai habis. Perlu muncul generasi baru untuk melanjutkan kerjaan ini,” sambung Yanto, rekan Simur.

Atas alasan itu, anak muda yang dirangkul Simur sebagai tenaga manual ahli ukir logam ini tidak keberatan jika suatu saat harus mewariskan kepada siapa saja yang memang berminat belajar menekuni tatah ukir logam. Pasalnya,  keberadaannya terus tergerus zaman. Kerelaannya bersedia melatih generasi baru, tidak lain bertujuan untuk mempertahankan identitas Jogja agar jangan sampai kehabisan stok manusia yang selalu kreatif, nyeni, dan berbudaya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif