Soloraya
Senin, 11 Agustus 2014 - 11:10 WIB

KERUKUNAN BERAGAMA DI SOLO : Komunitas Gereja Singapura Kunjungi Almuayyad. Ada Apa?

Redaksi Solopos.com  /  Hijriyah Al Wakhidah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mahasiswa yang mondok di Ponpes Al-Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura sedang mengikuti kajian hadis, Minggu (29/7/2012) malam. Mereka berkomitmen untuk tinggal di pondok hingga akhir Ramadan. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, SUKOHARJO—Puluhan pelajar dan karyawan dari Singapura yang tergabung dalam Komunitas Gereja Presbyterian Bukit Batok, Singapura mengunjungi para santri di Pondok Pesantren Almuayyad Widan, Kartasura, Sukoharjo, Kamis-Minggu (7-9/8/2014).

Salah satu staf Lembaga Perdamaian Lintas Agama dan Golongan (LPLAG) Solo, Adi Setyawan, menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk menjalin hubungan baik antarumat beragama.

Advertisement

Program yang disebut dengan peace work camp memiliki berbagai program seperti mengunjungi usaha menengah di Kelurahan Gilingan, Solo dan ikut memperbaiki rumah salah satu punggawa Hisbullah di Solo.

Sekitar 21 peserta yang datang juga berbaur dengan para santri dan tinggal di Ponpes tersebut. “Hal tersebut kami lakukan untuk mendekatkan para santri dan para peserta yang sebagian besar juga mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa di Singapura,” terang dia.

Sementara itu, Ketua Tim Gereja Presbyterian Bukit Batok Singapura, Charlo Valentine, dari Nanyang Technological University Singapore mengaku senang bisa berbaur dengan muslim di Solo.

Advertisement

“Kami memilih Solo lantaran Islam di Solo yang terkenal dengan garis kerasnya. Namun, ketika kami datang tidak seperti apa yang diberitakan selama ini. Kami bisa berbaur dengan mereka dan mengenal kebiasaannya,” papar dia.

Charlo menuturkan selain melakukan kegiatan sosial, dia beserta peserta lainnya juga berbagi informasi terkait beasiswa yang mereka dapatkan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Indonesia.

“Santri di sini [Ponpes Almuayyad] juga mahasiswa dan pasti memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan di Singapura,” jelas pria asal Jakarta itu.

Advertisement

Salah satu santri dari Ponpes Almuayyad Widan, Eguh Prayogi, 21, mahasiswa Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Solo mengaku kedatangan komunitas dari Singapura tersebut memberikan pelajaran berharga tentang kebersamaan lintas agama.

“Terlebih lagi, ilmu dari mereka seperti tentang informasi dan tips mendapatkan beasiswa di Singapura yang sangat memotivasi kami,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif