Lifestyle
Rabu, 6 Agustus 2014 - 14:35 WIB

KULINER SOLORAYA : Ini Dia Serabinya Wong Solo, Serabi Notosuman...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Serabi Notosuman bikinan kios Ny. Lidia di Solo, Jawa Tengah (A.Nindya Paramita/ JIBI/Solopos.com)

Solopos.com, SOLO — Notosuman—nama kawasan di Solo—identik dengan serabi. Dari kawasan itu tersebar setiap harinya serabi-serabi bercita rasa memikat ke pelbagai penjuru wilayah. Melegenda sejak tahun 1923.

Brand Serabi Notosuman yang kondang itu sejak mula memang diambil dari nama jalan, tempat kali pertama kios serabi legendaris itu dibuka. Kini nama Jl Notosuman telah diubah menjadi Jl Moh Yamin.

Advertisement

Serabi Notosuman ini dibuat di dua tempat di jalan yang sama. Memang ada dua Serabi Notosuman, milik Ny. Lidia dan Ny. Handayani. Tempatnya saling berdekatan, berjarak beberapa langkah saja. Kios milik Ny. Lidia beralamat di Jl Moh. Yamin No 28 Solo, sedangkan milik Ny. Handayani, Jl Moh. Yamin No 49 Solo.

Keduanya merupakan keturunan dari sang perintis, pasangan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan. Serabi Notosuman yang resepnya diwariskan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan kepada kedua pelestari panganan khas itu terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir, garam, pandan, dan air.

Advertisement

Keduanya merupakan keturunan dari sang perintis, pasangan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan. Serabi Notosuman yang resepnya diwariskan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan kepada kedua pelestari panganan khas itu terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir, garam, pandan, dan air.

Meskipun bersumber dari catatan resep yang sama, ada yang membedakan kedua produk Serabi Notosuman itu, yakni warna kardus yang digunakan untuk mengemasnya. Warga Solo menyebut Serabi Notosuman Ny. Lidia sebagai serabi bungkus hijau. Sedangkan, serabi Ny. Handayani kondang dengan sebutan serabi bungkus oranye.

Serabi Notusuman bungkus hijau digulung dan dilapisi dengan daun pisang sebelum dikemas dengan kotak karton. Sedangkan Serabi Notosuman bungkus oranye lebih sederhana, langsung ditumpuk di dalam kotak karton kemasannya tanpa dulung meskipun sama-sama dibatasi daun pisang.

Advertisement

Serabi Notosuman dinikmati tanpa dibubuhi kuah, inilah yang membedakan sajian Serabi Notosuman dengan serabi di sejumlah kota lain di Indonesia. Langsung dilahap saja…

Saat Solopos.com mengunjungi tempat produkai Serabi Notosuman milik Ny. Lidia, Minggu (3/8/2014), tampak para pegawai Serabi Notosuman sibuk memasak serabi-serabi yang dijual dalam kemasan berwarna hijua itu. Terdapat ratusan wajan kecil yang tertata rapi untuk mencetak adonan serabi.

Mengolahnya cukup sederhana, adonan serabi ini dicetak dalam wajan kecil dan ditutup hingga mekar. Butuh waktu kurang lebih tiga menit. Pengunjung dapat melihat langsung pembuatan Serabi Notosuman itu.

Advertisement

Serabi Notosuman dihidangkan ”fresh from the oven”, serabi ini dijual dengan hidangan yang selalu baru. Cita rasa memikat serabi yang gurih itu tercipta dari santan yang kental sebagai bahannya. Namun, Serabi Notosuman hanya dapat dinikmati hingga 24 jam sejak dimasak, Maklum saja, pembuatannya tanpa bahan pengawet.

Panganan ini dijual dengan harga Rp20.000 satu kardus berisi sepuluh serabi orisinal. Satu kardus berisi lima cokelat dan lima orisinal diberi harga Rp21.000, dan satu kardus berisi sepuluh serabi cokelat dijual dengan harga Rp22.000. (A. Nindya Paramita/JIBI/Solopos)

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif