Soloraya
Senin, 4 Agustus 2014 - 18:31 WIB

KULINER SOLORAYA : Ada Nuget Jambu Mete di Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung Waduk Gajah Mungkur, Sendang, Wonogiri mencicipi olahan pangan lokal nugget jambu mete yang diikutkan Festival Pangan Lokal di Kompleks Objek Wisata WGM, Senin (4/8/2014). (Trianto HS/JIBI.Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI–Sebanyak 17 kelompok tani Wonogiri menggelar dagangan olahan lokal di halaman Objek Wisata Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri.

Aneka dagangan itu dijajakan dalam kegiatan Festival Pangan Lokal yang digelar dua hari di Kompleks Wisata WGM Wonogiri, yakni Senin dan Selasa (4-5/8/2014).

Advertisement

Di hari pertama, Senin (4/8), pengunjung menyerbu nasi tiwul dan tahu magnisium buatan anggota Kelompok Tani Guwa Sekar Tani, Desa Guwotirto, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri.

Ketua Kelompok Guwo Sekar Tani, Desa Guwotirto, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, menyarankan, olahan pangan berbahan lokal mulai dimanfaatkan.

Advertisement

Ketua Kelompok Guwo Sekar Tani, Desa Guwotirto, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, menyarankan, olahan pangan berbahan lokal mulai dimanfaatkan.

Dia mencontohkan, makanan kecil di setiap acara resmi tak lagi menggunakan roti tetapi diganti dengan tepung dari singkong maupun olahan lokal, seperti getuk atau donat berbahan baku ampas kedelai.”

Welas berharap, ada tindak lanjut usai kegiatan semacam festival. Menurutnya, pemerintah memiliki kewajiban fasilitasi sehingga pemilik usaha kecil bisa dipertemukan dengan pemodal.

Advertisement

Welas bercerita, bahan baku tahu magnesium terdiri atas kedelai. “Ampas kedelai bisa dimanfaatkan untuk bahan membuat donat setelah dicampur dengan tepung terigu. Yang jelas bahan baku pangan olahan merupakan hasil bumi sendiri,” ujarnya.

Harga satu kotak tahu magnesium isi sembilan biji senilai Rp7.500 sedangkan sebutir donat dijual senilai Rp1.000. Dewi Kumalasari, anggota Kelompok Tani Marsudi Tani, Kecamatan Jatipurno menegaskan, rasa pangan lokal tak jauh beda dengan makanan yang dijual di toko-toko modern.

“Makanan olahan lokal hanya kalah di promosi. Lidah masyarakat belum terbiasa dengan bahan baku umbi-umbian atau singkong. Lidah manusia terbiasa dengan bahan baku tepung terigu.”

Advertisement

Seperti nugget jambu mete yang dibuat Kelompok Tani asal Kecamatan Jatisrono juga diserbu pembeli.

Sumi, pengunjung WGM menyatakan, rasa nungget jambu mete sama dengan nugget yang dijual di swalayan-swalayan. “Rasa nugget sama dengan nungget modern.”

Satu bungkus nugget isi empat biji senilai Rp10.000. Kepala Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Wonogiri, Stafenus Pranowo melalui Kasi Ketersediaan dan Diversifikasi Pangan KKP Wonogiri, Baroto Eko Pujianto, mengatakan, langkah pertama adalah mengenalkan makanan berbahan baku umbi-umbian agar masyarakat mulai mengenal.

Advertisement

“Jika warga sudah mengenal akan mencari sehingga produsen atau perajin bisa memproduksi sesuai pesanan. Dengan demikian pasar sudah terbuka.”

Baroto menjelaskan, bahan baku pangan alternatif perlu dikembangkan agar ada varian produk. Dia berharap dari ajang promosi bisa memunculkan konsumen. Dicontohkannya, ubi singkong bisa dibuat aneka makanan mulai dari tape, tepung bahan roti hingga crispy.

“Di Salatiga makanan berbahan aku singkong cukup digemari dan pembeli antre untuk mendapatkan makanan sejenis crispy.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif