News
Kamis, 31 Juli 2014 - 19:09 WIB

INFORMASI WIKILEAKS : Skandal Pencetakan Uang, BI Akui Cetak di Australia Hadapi Y2K

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI)

Solopos.com, JAKARTA–Informasi Wikileaks mengenai skandal pencetakan uang RI terus bergulir. Bank Indonesia (BI) mengamini pernah mencetak uang di Note Printing Australia (NPA) pada tahun 1999 silam. BI terpaksa mencetak uang di Australia guna menghadapi Y2K. (Baca Juga: Ini Penjelasan SBY)

Sebagaimana dihimpun Solopos.com, Year 2 Kilo (y2K) atau biasa disebut Year 2000 merupakan kesalahan perhitungan oleh komputer yang disebabkan oleh sistem penyimpanan tanggal yang hanya menyediakan dua digit untuk tahun, dengan asumsi bahwa kedua digit pertama adalah “19”.

Advertisement

Hal ini dilakukan pada tahun 60-an ketika komputer pertama dirancang untuk menghemat media penyimpan, tapi ketika tahun 2000 dimulai, komputer dapat menunjukkan tanggal yang berubah dari 31 Desember 1999 menjadi 1 Januari 1900.

Kesalahan ini dikhawatirkan akan menyebabkan bencana besar karena komputer juga digunakan untuk mengatur fasilitas-fasilitas penting.

“Iya, kondisinya spesial. Kondisi spesial menghadapi Y2K itu. Nah, itu kan dulu kan Y2K itu orang kan nggak tahu apa yang akan terjadi. Jadi ya dalam rangka mengantisipasi lonjakan permintaan terhadap uang, kemudian BI pada saat itu melakukan pencetakan di luar negeri,” lanjut Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (31/7/2014) sebagaimana dikutip Detik.

Advertisement

Pergantian tahun pada saat itu memang sempat menghebohkan. BI pun mengantisipasi agar keresahan soal lonjakan permintaan uang dapat mereka tangani.

“Jadi BI perlu mengantisipasi kan lonjakan permintaan. Kayak seperti lebaran saja, orang lonjakan permintaan mencetak lebih,” jelas Mirza yang enggan menjelaskan lebih detail soal kasus ini dan meminta menunggu Gubernur BI.

Uang yang dicetak adalah Rp100.000 sebanyak 550 juta lembar. BI memastikan pihaknya hanya sekali saja mencetak di negeri orang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif