News
Rabu, 23 Juli 2014 - 02:52 WIB

EKO BUDIHARDJO WAFAT : Universitas Diponegoro Kehilangan Budayawan Humanis

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Eko Budiharjo dalam suatu dialog publik di Sriwedari, Solo. (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SEMARANG — Budayawan Prof. Eko Budihardjo wafat pada usia 70 tahun setelah sempat dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang.

“Prof Eko meninggal dunia hari ini [22/7/2014] sekitar pukul 21.30 WIB setelah sempat dirawat di ruang ICU,” ungkap Direktur Umum dan Operasional RSUP dr. Kariadi Semarang, Darwito, di Semarang, Selasa malam. Ia mengonfirmasi mantan Rektor Universitas Diponegoro itu sempat menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUP dr. Kariadi selama beberapa hari karena penyakit jantung yang dideritanya.

Advertisement

Rektor Undip Prof. Sudharto P. Hadi mengatakan Prof. Eko sebelumnya dirawat di RS St. Elisabeth Semarang, tetapi sejak tiga hari lalu dipindahkan perawatannya ke ruang ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Sudharto mengaku ke RSUP dr Kariadi Semarang untuk mengurus pemberangkatan jenazah menuju rumah duka di Jl Telaga Bodas Raya Kav. I No. 4 Semarang, Jawa Tengah.

“Untuk rencana pemakaman Prof Eko besok akan berkoordinasi dulu dengan pihak keluarga. Nanti akan dibicarakan dengan keluarga,” katanya.

Ia menceritakan sempat dua kali menjenguk Prof. Eko, baik saat masih dirawat di RS St. Elisabeth maupun ketika sudah dipindah dan masuk ICU RSUP dr. Kariadi karena kondisi kesehatannya memburuk. “Sekitar empat-lima hari lalu, saya sempat menjenguk beliau. Kemudian, dikabari kalau dipindah ke RSUP dr. Kariadi karena kondisinya memburuk. Dua hari lalu sempat saya jenguk lagi,” katanya.

Advertisement

Undip, kata dia, kehilangan sosok guru besar dan mantan rektor, sekaligus sosok budayawan yang sangat humanis yang selama ini telah menghasilkan banyak karya dan pemikiran untuk kemajuan Jateng. Prof Eko Budihardjo pernah menjabat sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) dan Ketua Komisi Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) hingga akhir hayatnya.

Setelah purnatugas sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Undip, pria kelahiran Purbalingga, 9 Juni 1944 tersebut, kemudian diangkat sebagai guru besar tetap di Universitas Trisakti, Jakarta. Tokoh yang dikenal sebagai pakar arsitektur dan budayawan itu, meninggalkan seorang istri, yakni Sudanti Hardjohoebojo serta dua orang putri, yakni Holy Ametati dan Aretha Aprilia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif