Jogja
Senin, 21 Juli 2014 - 07:42 WIB

Hujan, Jumlah Pasien DB Dikhawatirkan Bertambah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (google/jakarta.go.id)

Harianjogja.com, SLEMAN-Hujan yang turun di tengah musim kemarau dapat mengakibatkan munculnya pasien demam berdarah dengue (DBD). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman kembali mengingatkan masyarakat rutin memberantas sarang nyamuk dengan memutus siklus hidup nyamuk sejak dari jentik dan telur.

Kepala Dinkes Sleman, Mafilindati Nuraini mengungkapkan sekedar menguras dan menutup tandon air saja juga tidak cukup.

Advertisement

“Bak air jangan hanya dikuras, tapi harus disikat untuk membersihkan telur nyamuk. Kalau cuma dikuras, telurnya masih bisa berkembang setelah diisi air lagi,” terangnya pada Sabtu (19/7/2014).

Menurut Mafilindati, partisipasi masyarakat menjadi penentu utama pemberantasan nyamuk penyebab DBD.  Jika mengalami gejala, masyarakat juga diminta aktif segera memeriksakan diri.

“Jika panas mendadak selama dua hari, warga harus periksa dan darahnya dicek di laboratorium. Jadi kita langsung tahu DBD atau bukan,” ujarnya.

Advertisement

Beberapa kecamatan di Sleman menjadi daerah rawan DBD karena kondisi wilayahnya yang padat penduduk. Perangkat desa dan kecamatan, lanjut Mafilindati, sudah diminta aktif

mengingatkan warga sekitar demi efektivitas gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).  Imbauan yang kembali disampaikan Dinkes Sleman tersebut terkait adanya peningkatan kewaspadaan DBD akibat cuaca yang tidak menentu beberapa pekan terakhir.

“Kami terus terang khawatir dengan penyakit endemis DBD karena adanya hujan dan cerah beberapa hari. Keadaan ini kondusif untuk perkembangbiakan nyamuk,” kata Mafilindati memaparkan.

Advertisement

Tahun 2014 tercatat 324 kasus DBD per 17 Juli kemarin. Tiga korban diantaranya meninggal dunia. Mereka berasal dari Kecamatan Godean dan Berbah. Mafilindati menjelaskan adanya korban meninggal dunia itu akibat pasien tidak melakukan kontrol ke layanan kesehatan setelah diperiksa. Hal itu membuat petugas kesehatan tak bisa berbuat banyak.

Tahun sebelumnya, Sleman mencatat 736 kasus DBD dengan empat korban meninggal dunia. Hingga kini, lima kecamatan yang dianggap paling rawan tetap Gamping, Depok, Godean, Mlati, dan Kalasan.

“Kasus DBD di Sleman terjadi sepanjang tahun. Puncak kasus biasanya akhir hingga awal tahun,” tambah Mafilindati.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif