News
Sabtu, 19 Juli 2014 - 23:00 WIB

MALEM SELIKURAN SOLO : Ratusan Warga Semarakkan Festival Ting 2014

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kelompok sadar wisara (Pokdarwis) membawa ting (lentera) dalam acara Ting-ting Hik yang diselenggarakan oleh Pemkot Solo saat melewati jl Jendral Sudirman, Sabtu (19/7) malam. Ting-ting hik merupakan acara tahunan dalam memperingati malam Lailatul Qodar. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Ratusan warga Kota Solo yang tergabung dalam berbagai kelompok sadar wisata (Pokdarwis) kelurahan, turut menyemarakkan Festival Ting 2014, Sabtu (19/7/2014) malam. Setiap kelompok menampilkan kreativitas tersendiri sesuai dengan potensi klurahan masing-masing.

Setiap kelompok mengusung tema yang berbeda-beda. Namun hampir semua Pokdarwis menggunakan bahan media berupa bambu untuk membuat kreasi. Para peserta Festival Ting 2014 juga menggunakan kostum unik-unik yang menyesuaikan dengan asesoris kreasi yang mereka gunakan.

Advertisement

Para peserta bertolak dari halaman Balaikota Solo dan diberangkatkan oleh Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Ratusan peserta kemudian melakukan kirab berjalan kaki menyusuri Jl Jenderal Sudirman, Jl Slamet Riyadi dan finish di Plaza Sriwedari.

Rombongan kirab pun disambut oleh ribuan warga yang sudah menunggu di pinggir jalan. Pokdarwis dari Mojosongo, misalnya, membawa miniatur orang-orangan dari kertas yang sedang panjat pinang dan orang-orangan yang melewati jalan keseimbangan.

Advertisement

Rombongan kirab pun disambut oleh ribuan warga yang sudah menunggu di pinggir jalan. Pokdarwis dari Mojosongo, misalnya, membawa miniatur orang-orangan dari kertas yang sedang panjat pinang dan orang-orangan yang melewati jalan keseimbangan.

Kreasi itu antara lain menggambarkan kondisi masyarakat yang kini sedang mengalami masa-masa sulit. Miniatur panjat pinang, misalnya, memiliki filosofi bahwa setiap orang yang berada di atas, maka suatu saat akan turun.

“Kalau jembatan keseimbangan memiliki filosofi bahwa orang yang selalu berbuat baik, maka dalam kehidupannya pasti akan dipermudah, meskipun meniti jalan yang besarnya sehelai rambut,” ujar koordinator Pokdarwis Mojosongo, Dodi Sudarsono, saat ditemui Espos di halaman Balaikota Solo, Sabtu malam.

Advertisement

Kelompok ini pun menciptakan sebuah tandu yang digambarkan sebagai tandu Jenderal Sudirman. Pokdarwis ini ingin membawa pesan dan semangat perjuangan Jenderal Sudirman.

Di bagian atap dan bawah tandu tersebut dipasangi hiasan kayu bergambar tokoh punakawan. Kreasi dari kayu itu adalah ciptaan warga Joyotakan.

Konsep yang berbeda juga diterapkan oleh Pokdarwis Panularan. Mereka membawa kurungan burung yang dibungkus dengan kertas. Kandang itu diibaratkan sebagai rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Karena di kelurahan tersebut ada dua rusunawa, maka kandang pun dibikin dua.

Advertisement

Pokdarwis Panularan yang baru kali pertama ikut Festival Ting, itu memiliki pesan bahwa warga rusunawa juga memiliki potensi yang tak kalah dengan warga lain.

Kaya Potensi

“Kami punya potensi di bidang pertunjukan wayang,” terang Ketua RT 008/RW 003, Kelurahan Panularan, Wilyawan. Para peserta juga mengenakan kostum serbahitam dan melukis wajah mereka dengan karakter wayang.

Advertisement

Konsep yang tak kalah kreatif juga diusung oleh Pokdarwis Purwodiningratan. Belasan anggota di pokdarwis tersebut mengenakan busana prajurit keraton.

Menurut koordinator Pokdarwis Purwodiningratan, Agus Cahyono, gelaran tersebut sangat efektif sebagai media nguri-uri budaya jawa. Karena itu, pihaknya mengusung tema prajurit keraton.

Festival tersebut bukan hanya melibatkan orang-orang tua, tapi juga pemuda dan anak-anak. Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan festival tersebut selain untuk nguri-uri budaya jawa juga untuk memperkenalkan setiap potensi pariwisata yang ada di setiap kelurahan di Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif