News
Sabtu, 19 Juli 2014 - 00:00 WIB

MALEM SELIKURAN SOLO : Keraton Solo Kirab Obor Ting dan 1.000 Tumpeng

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abdi dalem membawa tumpeng dan lampu obor ting saat melakukan kirab perayaan Malam Selikuran dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung Solo, Jumat (18/7/2014) malam. Acara yang membagikan 1.000 tumpeng mini gratis tersebut diisi dengan penyampaian sejarah berlangsungnya malam selikuran oleh K.P. Winarno Kusumo di serambi Masjid Agung. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Malam Selikuran Keraton Solo digelar Jumat (18/7/2014). Seratusan prajurit keraton Solo terlihat berjalan di sepanjang jalan supit urang, Jumat (18/7/2014) malam. Suara musik drum band mengalun mengiringi langkah prajurit tersebut.

Tepat di belakangnya, tampak ratusan sentono yang memakai pakaian beskap berwarna putih dan kain jarit. Tidak lupa, blankon pun mereka kenakan dalam kirab seribu tumpeng malam selikuran atau malam 21 Ramadan yang digelar Keraton Solo.

Advertisement

Setelah itu, puluhan abdi dalem terlihat menggotong belasan kotak yang berisi seribu tumpeng mini. Belasan lampu obor thing pun mengiringi kirab yang dimulai dari Kori Kamandungan menuju Baluwarti dan berakhir di Masjid Agung

Sesampainya di serambi Masjid Agung, nasi tumpeng pun didoakan oleh ulama setempat. Kemudian, tumpeng mini yang terdiri atas nasi putih, dua cabai, dua telur, mentimun dan kedelai hitam pun di bagikan kepada masyarakat yang hadir di kirab tersebut.

Wakil Pangageng Sasana Wilapa, KP Winarno Kusumo, mengatakan kirab tersebut merupakan tradisi para wali sejak kerajaan Demak. Tradisi itu digelar untuk memperingati datangnya malam lailatul qadar atau malam seribu bulan.

Advertisement

Oleh sebab itu, seribu tumpeng mini yang dikirab tersebut menggambarkan limpahan pahala setara seribu bulan bagi umat Islam yang beribadah pada malam ganjil dalam sepuluh hari terakhir pada Ramadan.

“Sedangkan, tumpeng yang berwarna putih menandakan kesucian seperti manusia itu lahir,” jelas Winarno kepada wartawan usai acara, Jumat.

Lebih lanjut, Winarno mengatakan kirab nasi tumpeng tersebut juga juga sebagai bentuk kepedulian manunggaling kawula gusti dan hiburan gratis kepada masyarakat.

Advertisement

Kirab

Sementara, Sekretaris Takmir Masjid Agung Solo, Abdul Basyid, menambahkan tahun ini merupakan tahun ketiga penyelenggaraan malam selikuran di Masjid Agung. Sebelumnya, rute malam selikuran dimulai dari keraton melalui Jl. Slamet Riyadi menuju Sriwedari.

“Tetapi, karena Sriwedari banyak mengalami perubahan dan ruhnya telah menghilang, keraton Solo akhirnya memindahkan kembali ke Masjid Agung,” katanya kepada Espos di lokasi, Jumat. Pihaknya berharap dengan kegiatan tersebut bisa mengingatkan umat Islam bahwa pada sepuluh hari terakhir ada malam lailatul qadar yang biasa turun pada malam ganjil.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif