Soloraya
Jumat, 18 Juli 2014 - 05:49 WIB

PILPRES 2014 : Coblosan di Mojolaban Diulang, Suara Prabowo Bertambah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Pemungutan suara ulang Pilpres 2014 di Desa Dukuh, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo digelar Kamis (17/7/2014). Coblosan ulang yang dipicu perusakan puluhan surat suara oleh anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) itu menyebabkan perolehan suara calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa bertambah, sementara suara Joko Widodo dan Jusuf Kalla menyusut.

Keramaian coblosan ulang itu, sebagaimana diamati Solopos.com sudah tampak di persimpangan jalan Desa Dukuh, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, sejak pukul 07.00 WIB. Sejumlah polisi, petugas perlindungan masyarakat (linmas), dan warga setempat sudah berkumpul di salah satu rumah warga yang dijadikan tempat pemungutan suara (TPS) 1 di wilayah tersebut. Pagi itu, warga Dukuh harus melakukan pemilihan suara ulang (PSU) lantaran adanya dugaan pelanggaran perusakan surat suara yang dilakukan oleh salah seorang anggota KPPS setempat.

Advertisement

Dengan mengenakan kemeja putih dipadu dasi warna warni, anggota KPPS TPS 2 yang menjadi penyelenggara PSU sudah bersiap dengan logistik pemilu yang sudah didistribusikan malam hari sebelum pemilihan. Tak butuh waktu lama, sejumlah warga mulai memasuki area pemilihan yang dijaga ketat oleh anggota linmas setempat. Dari pemilih pemula hingga warga lanjut usia bersemangat untuk memberikan hak suara mereka.

Di luar tempat pemungutan suara, puluhan satgas dari sukarelawan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) memantau jalannya PSU itu. Pejabat dari tingkat kecamatan sampai kelurahan turut menyaksikan pencoblosan tersebut. Jalannya coblosan ulang itu juga disaksikan langsung oleh Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Abhan Misbah, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah Joko Purnomo, Ketua KPU Sukoharjo Kuswanto, dan Ketua Panwaslu Sukoharjo Subakti A. Siddiq. Pencoblosan ulang ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan anggota KPPS TPS tersebut beberapa waktu lalu.

Keadaan semakin ramai memasuki pukul 12.00 WIB. Warga berkerumpun di halaman TPS untuk menyaksikan penghitungan surat suara. Seorang warga RT 002/RW 001 desa setempat, Nyoto, 46, rela kembali ke kampung halamannya untuk memilih presiden Indonesia. Pria yang bekerja di Semarang tersebut rela mengambil cuti kerja lantaran PSU dilaksanakan pada hari biasa.

Advertisement

“Kecewa juga dengan adanya pemungutan suara ulang, saya tidak tahu alasan diselenggarakannya pemungutan suara ulang. Malam-malam saya dihubungi keluarga dan diminta untuk pulang ke rumah. Hal ini sangat tidak efisien, tetapi mau bagaimana lagi. Saya rela pulang demi Indonesia,” jelas dia saat dijumpai Solopos.com di sela-sela penghitungan surat suara.

Sementara itu, Moh. Harianto, warga yang merekam kejadian perusakan surat suara tersebut merasa pencoblosan ulang sudah sewajarnya dilakukan. “Dengan adanya pemungutan suara ulang menyadarkan semua pihak untuk tetap berlaku jujur dalam pemilihan mendatang,” tutur dia.

Warga mulai bersorak ketika Ketua KPPS, Suroto, mengumumkan perolehan suara untuk pasangan capres dan cawapres di TPS tersebut. Jokowi-JK memimpin dengan jumlah suara 351. Sedangkan untuk pasangan Prabowo-Hatta mendapat jumlah suara 102 dengan surat suara rusak sebanyak 5 suara. Dengan perolehan hasil pencoblosan ulang ini, berarti suara Jokowi-JK menurun 22 suara, karena saat pemungutan suara 9 Juli lalu pasangan ini mendapatkan 373 suara. Sedangkan Prabowo-Hatta justru mengalami kenaikan 19 suara setelah sebelumnya mendapatkan 83 suara.

Advertisement

Sementara itu, Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, mempertanyakan langkah Panwaslu Sukoharjo yang meminta pemungutan suara ulang di TPS 01 Desa Dukuh mengingat saksi kedua kubu dinilai tidak komplain.

“Ini ya lucu, dari KPU dan saksi-saksi tidak masalah. Tetapi kenapa kok Panwaslu yang justru mempermasalahkannya, ada apa sebenarnya? Kalau sudah kondusif mbok ya tidak usah diutak-atik. Jangan memancing di air keruh, jangan diobok-obok,” ujar dia ketika ditemui wartawan di Sukoharjo, Kamis.

Sebelumnya, Ketua Panwaslu Sukoharjo menilai kasus ini harus diusut tuntas sebab telah menyebar luas karena sudah diunggah ke Youtube dan disiarkan salah satu televisi nasional. Ketika kepadanya ditanya rumor adanya intimidasi terhadap perekam kasus di Desa Dukuh itu, pihaknya siap menjamin keamanannya. “Saya kira tidak ada. Itu hanya ingin menyudutkan salah satu partai pendukung Jokowi. Jangan salah, kelompok Jokowi itu kelompok istikamah,” ujar dia yang juga Ketua DPC PDIP Sukoharjo ini.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif