News
Kamis, 17 Juli 2014 - 18:29 WIB

INOVASI MAHASISWA : Mahasiswa UGM Bikin Rompi Antiradiasi Murah & Nyaman

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rompi Antiradiasi karya mahasiswa UGM (Arif Wahyudi/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN-Kabar gembira bagi pekerja di dunia radiologi maupun masyarakat umum yang berisiko terkena paparan radiasi. Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan perisai anti radiasi yang terbuat dari bahan sintetis.

Widya Rosita, Ahmad Aji Wijayanto, Faiz Asyifa Mohtar, Sita Gandes Pinasti, Firliyanti Rahmantia N, dan Anggraeni Ayu merupakan tim peneliti dari program studi Teknik Nuklir dan Pendidikan Dokter UGM. Ahmad mengatakan awal pembuatan apron dari kulit sintetis itu bermula dari rasa ketidakpuasan akan apron radiasi yang dijual di pasaran selama ini. Sebab rompi yang biasa dipakai pada unit radiologi sebuah rumah sakit hanyalah apron yang terbuat dari pelat timbal berlapis kain. Bahkan instansi peneliti nuklir sekelas Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) juga masih menggunakan apron yang dinilai belum memenuhi standar keamanan bagi penggunanya.

Advertisement

“Apron di pasaran kaku dan beratnya saja antara tiga hingga lima kilogram, tentu pengguna sangat terbebani. Sementara apron yang kami ciptakan beratnya jauh lebih ringan,” paparnya di kampus setempat, Rabu (15/7/2014).

Ahmad meyakini, material kulit sintetis mampu mengakomodasi bahan apron yang lebih fleksibel, ringan, mudah dibuat serta menghemat biaya produksi.

“Apron di pasaran pada umumnya harganya sampai Rp2,5 juta. Itu terjadi karena bahannya sudah mahal dulu. Beda dengan apron yang kami ciptakan, harganya jauh dibandingkan harga apron timbal,” terangnya memberi penjelasan.

Advertisement

Adapun material apron sintetis kreasi mahasiswa UGM tersebut terdiri dari campuran bahan Polyvinile Chloride (PVC), Di-2-ethilexy phihalate (DOP) dan serbuk timbal (PbO dan PbCI2). Beragam variasi komposisi bahan lantas dianalisis dengan pengujian antenuasi gama menggunakan sumber Cs-137. Tujuannya mengetahui kemampuan bahan dalam menyerap radiasi gama.

Komposisi terbaik dengan nilai koefisien antenuasi terbesar kemudian dipilih untuk dilakukan pengujian dari segi kekuatan. Adapun uji kekuatan mengacu pada standar SNI-1294 2009 tentang kulit imitasi. Secara umum apron dari material kulit sintetis ini mengakomodasi kebutuhan akan apron yang aman terhadap radiasi gama yang mungkin terjadi di lokasi dengan paparan energi gama sedang, misalnya pada unit Radiologi, instansi Batan, dan industri yang memanfaatkan energi gama sedang. Apron jenis sintetis lebih unggul karena kuat, fleksibel, tipis, ringan dan nyaman dipakai.

Widya Rosita, salah satu mahasiswa yang turut menciptakan inovasi itu berharap kreasi yang dia hasilkan bersama tekan setimnya mampu memberi kontribusi positif bagi perkembangan sistem proteksi dan keselamatan radiasi di Indonesia.

Advertisement

“Terkena radiasi menimbulkan beragam risiko kesehatan. Bisa kanker, mandul dan penyakit berbahaya lainnya sehingga apron yang dipakai harus
benar-benar memberikan perlindungan keselamatan kerja,” harapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif