Jogja
Senin, 14 Juli 2014 - 22:20 WIB

MASA ORIENTASI SISWA : Salah, Siswa Baru di Gunungkidul Dihukum Merayu Kakak Panitia

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kegiatan masa orientasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Wonosari, Senin (14/7/2014). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Masa orientasi memberikan pengalaman tersendiri bagi sejumlah murid baru. Mulai dari perasaan takut, grogi sampai kurang percaya diri. Karena itu, sekolah memberikan kesempatan kepada murid baru untuk beradaptasi selama tiga hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, David Kurniawan.

Masa orientasi murid baru memberikan pengalaman yang tidak akan dilupakan. Utamanya, bagi para murid-murid baru yang menjejakan di lingkungan baru pula. Misalnya, dari tingkat sekolah dasar ke sekolah menengah pertama, atau sekolah menengah pertama ke sekolah menengah atas.

Advertisement

Ada yang berbeda dengan pelaksanaan orientasi murid baru tahun ini. Bertepatan dengan puasa, maka sekolah diimbau tidak mengadakan kegiatan di lapangan. Kemudian, materi yang diberikan lebih pada sosialisasi terkait dengan pengenalan sekolah lebih dalam.

Meski demikian, langkah ini nyatanya tak mengubah pandangan murid baru terhadap masa orientasi selama tiga hari ini. Mereka merasa agak takut dan canggung. Malahan, tak jarang pula masih ada beberapa murid yang merasa minder dan kurang percaya diri masuk untuk masuk di lingkungan baru itu.

Salah satunya dirasakan Fitri Astuti, murid baru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Wonosari.  Saat bel sekolah berbunyi, Senin (14/7), sebagai tanda jam belajar dimulai, tak berbeda jauh dengan murid baru lainnya. Ada perasaan berbeda dialaminya.

Advertisement

Mulai kemarin, ia tak lagi menjadi seorang siswi SMP karena sudah menapakan kaki lebih tinggi di bangku sekolah. Resmi menjadi salah satu murid SMKN.

Fitri mengaku awalnya merasa agak takut dan grogi, apalagi di sekolah yang didominasi kelompok putri ini memberikan pengalaman berbeda. Mengingat, semasa SMP jumlah antara murid laki-laki dan perempuan berimbang. “Awalnya takut sih tapi lama kelamaan jadi terbiasa,” katanya.

Hari pertama masa orientasi selain memberikan materi pengenalan sekolah dan kesehatan, juga diisi dengan materi bermain. Permainan yang dilakukan di ruang kelas ini bertujuan agar para murid tidak bosan.

Advertisement

Selain itu, harapannya lewat permainan ini murid baru dapat lebih akrab lagi. Biar tambah meriah lagi, maka setiap kelas diberikan kesempata untuk membuat yel-yel penyemangat.

Namun, sebagai hukuman bagi murid yang tidak bisa menyelesaikan permainan, disuruh merayu panitia orientasi, yang terdiri dari kakak kelas mereka. Meski agak malu-malu namun seluruh murid sangat antusias mengkuti permainan ini.

“Saya bilang saja, bapak kamu tukang pahat ya? Kok kamu sudah bisa memahat hatiku,” kata Fitri.

Kepala SMK Negeri 1 Wonosari Mudji Mulyanta mengungkapkan orientasi murid meniadakan kegiatan yang menggunakan fisik. Apabila di tahun-tahun sebelumnya murid baru diberikan pelatihan baris berbaris, maka untuk saat ini kegiatan tersebut tidak diberikan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif