SOLOPOS.COM - ilustrasi razia PGOT (JIBI/Dok)
Solopos.com, SOLO—Pemerintah kota (pemkot) mengerahkan 150 personel linmas kota untuk menjaga sejumlah objek agar tidak menjadi sasaran aksi para pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT). Seratusan orang linmas itu ditempatkan di taman-taman kota, perempatan besar, dan GOR Manahan.
Seratuan orang itu disebar ke sejumlah titik itu dengan jumlah personel 4-6 orang per regu jaga dengan sistem dua sif. Pada setiap pekan sekali, mereka di-rolling ke tempat lain dengan peronel anggota regu yang berbeda.
Kepala Regu (Karu) Perempatan Patung Wisnu Manahan, Abi Tiantiarno, saat ditemui solopos.com di sela-sela penjagaan, Sabtu (12/7/2014), mengungkapkan selain taman dan GOR, perempatan jalan-jalan tertentu juga dijaga agar tidak digunakan sebagai ajang para pengamen dan pengemis untuk mencari uang. Sejumlah perempatan itu, kata dia, terdiri atas simpang empat Warung Pelem sampai simpang empat Panggung Jebres; simpang tiga RS Panti Waluyo sampai simpang empat Nonongan atau sepanjang Jl. Slamet Riyadi; dan simpang empat Patung Wisnu hingg simpang lima Sumber.
“Kalau penjagaan di GOR Manahan itu bertujuan untuk mengawasi aktivitas PGOT dan juga pegadang kaki lima (PKL). Di Taman Tirtonadi dan Taman Sekartaji juga dijaga ketat. Penjagaan ini berlangsung sejak 5 Juni lalu sampai waktu yang tidak ditentukan. Mungkin bisa selamanya,” terang Abi.
Mereka berjaga dengan mendapatkan honor seperti biasa, yakni Rp38.500/jaga. Bila mereka absen sekali saja, mereka tidak mendapat hak honornya. “Honor kami berbeda dengan honor linmas kelurahan. Katanya, honor kelurahan juga mau disamakan dengan honor linmas kota seperti kami. Kami berjaga dengan sistem sif. Kami juga dipindah tugas setiap sepekan sekali. Ada juga anggota perempuan,” pungkasnya.