Soloraya
Sabtu, 12 Juli 2014 - 15:50 WIB

KEBERSIHAN KOTA : Bulan Puasa, Volume Sampah Warga Solo Meningkat

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi sampah (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Selama bulan Ramadan volume sampah hasil pembuangan dari berbagai macam sisa penggunaan sejumlah kebutuhan warga Solo meningkat 5% sampai 10% dari hari biasa. Sampah yang dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo rata-rata volume naik sejumlah 10 ton hingga 20 ton per hari.

Kepala Seksi TPA Puti Cempo Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo, Muhammad Pramujo, mengatakan peningkatan volume sampah di TPA Putri Cempo mulai terlihat setelah satu pekan berjalan pelaksanaan bulan puasa. Masyarakat Kota Bengawan lebih konsumtif dalam memanfaatkan berbagai macam kebutuhan primer dan sekunder.

Advertisement

“Salah satu contoh, sampah bungkus makanan mulai banyak lantaran masyarakat mulai membeli berbagai macam kebutuhan pangan untuk menyambut tamu. Menyambut tamu merupakan salah satu ciri atau budaya masyarakat muslim selama bulan puasa hingga lebaran. Istilahnya, masyarakat saling silaturahmi ke rumah satu dan yang lain,” kata Pramujo saat dihubungi solopos.com, Sabtu (12/7/2014).

Parmujo mengatakan TPA Puti Cempo setiap hari mendapat hibah sampah sejumlah rata-rata 250 ton. Selama bulan Ramadan, volume sampah dari masyarakat Solo bertambah hingga 10 ton sampai 20 ton per hari. Jumlah tersebut seperti saat terjadi musim penghunjan lantaran sampah mengandung air hingga menjadi bertambah berat.

“Sampah Ramadan jadi 260 ton hingga 270 ton per hari masuk TPA Putri Cempo. Volume sampah tersebut hampir menyerupai saat musim pengujan. Sampah warga Solo bisa sampai 300 ton per hari. Kalau saat ini lahan TPA Putri Cempo masih cukup [menampung besar volume sampah].  Namun, kalau dibiarkan terus-menerus, pemerintah khawatir sampah bisa luber [over load],” ujar Pramujo.

Advertisement

Pramujo mengatakan selain sampah makanan, masyarakat Solo lebih banyak membuang barang-barang perabotan di rumah mereka menjelang lebaran. Masa lebaran menjadi salah satu momen untuk menyeleksi barang-barang yang tidak terpakai untuk diganti dengan yang baru.

“Kebiasaan lain masyarakat muslim ialah mencoba merapikan rumah selama Ramadan dan menjelang lebaran untuk membangun image  kepada sanak saudara dan tamu. Masyarat ingin membuat susasa indah dan nyaman di setiap rumah masing-masing,” ujar Pramujo.

Staf TPA Putri Cempo DKP Solo, Mulyadi, mengatakan barang-barang yang kerap dibuang oleh masyarakat berupa perabot rumah tangga seperti kursi dan alat lain yang tidak lagi dalam kondisi baik. Masyarakat hanya membuang barang-barang tersebut di tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di sekitar mereka. Sampah tersebut kemudian diambil oleh petugas sampah keliling untuk dibawa ke TPA Putri Cempo.

Advertisement

“Sampah makanan atau sampah plastik memang masih mendominasi jenis sampah yang dibuang ke TPA Putri Cempo. Namun, saat bulan puasa hingga menjelang bulan Ramadan kerap masyarakat menitipkan sejumlah barang bekas ke penarik sampah untuk dibuang ke sini [TPA Putri Cempo]. Selain itu, sampah-sampah ranting dan pohon juga kerap dijumpai. Masyarakat mulai bersih-bersih lingkungan,” imbuh Mulyadi.

Solusi mengatasi penambahan volume sampah agar tidak sampai luber, Mulyadi mengatakan, masyarakat harus ikut serta dalam mengolah sampah. Masyarakat memilah sampah dengan membagi ke dalam dua tempat sampah.

“Agar sampah mudah diolah, masyarakat harus ikut memilha sampah antar organik dan nonorganik. Selain itu masyarakat juga patuh terhadap prinsip 3R yakni, reduce, reuse, dan recycle. Sampah itu bisa diolah sendiri bahkan bisa sebagai pemasukan pribadi. Tidak perlu semua dibuang ke TPA,” ujar Mulyadi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif