Jogja
Jumat, 11 Juli 2014 - 07:42 WIB

Kunjungi Padepokan Bagong, Ini Kesan-kesan Wapres Boediono

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Presiden RI, Boediono bersama Istri, Herawati mendapat penjelasan dari Butet Kartaredjasa saat mengamati patung Bagong Kussudiardja yang dibuat seniman patung Gunadi dalam kunjungannya di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Kembaran, Tamantirta, Kasihan, Bantul, DI.Yogyakarta, Kamis (10/07/2014). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, BANTUL–Seusai mengikuti pemilihan suara di Sleman, Wakil Presiden Boediono tidak lantas kembali ke Ibu Kota. Dia bersama istri Herawati Boediono memanfaatkan waktunya di Jogja dengan menadatangi Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Dusun Kembaran, Desa Tamantirto, Kasihan, Bantul, Kamis (10/7/2014).

Rombongan Wapres tiba di Padepokan pukul 10.00 WIB dan langsung disambut pengelola Yayasan Bagong Kussudiardja (YBK) Bambang Ekolaya Butet Kertaredjasa, Djaduk Ferianto dan anggota keluarga yang lain. Turut hadir Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam IX dan Wakil Bupati Bantul Soemarno.

Advertisement

Wakil Presiden Boediono memberikan apresiasi yang tinggi atas semua pencapaian (alm) Bagong Kussudiarja. “Pak Bagong adalah seniman multi talenta. Di berbagai aspek beliau menguasai dan mumpuni,” kata Boediono.

Boediono mengaku baru sekali ini bisa berkunjung dan menyaksikan kegiatan di Padepokan Bagong meskipun rumahnya berada di DIY. Boediono memberikan apresiasi tinggi atas semua yang dilakukan Bagong yang kemudian diteruskan oleh anak-anak dan cucunya.

“Ini wujud dari impian beliau tentang seni adalah bagian dari kehidupan masyarakat. Seni bukan untuk seni tapi seni untuk kemasyarakatan dan pengembangan pribadi masyarakat. Itu benar,” jelas guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM itu.

Advertisement

Selama lebih kurang dua jam Boediono berkunjung di padepokan, dipandu oleh Bambang Ekalaya Butet Kertaredjasa dan berkeliling kompleks untuk menyaksikan berbagai karya seniman muda dan lukisan-lukisan karya almarhum Bagong yang tersimpan di galeri. Boediono juga melihat berbagai studio dan kegiatan para seniman.

Butet mengatakan, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja dirintis oleh ayahnya, Bagong Kussudiardja pada 1978, yang kala itu hanya pendidikan non-formal ala pesantren. Namun, dalam perkembangannya, Padepokan Bagong menjadi lembaga resmi pendidikan kesenian.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif