Jogja
Jumat, 11 Juli 2014 - 17:48 WIB

Hati-hati, Makanan Mengandung Zat Berbahaya Ada di Jajanan Buka Puasa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi mi instan (Dok/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, BANTUL- Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengimbau masyarakat mewaspadai makanan jajanan untuk berbuka puasa mengandung formalin atau pengawet makanan maupun zat berbahaya lainnya.

“Kami mengimbau masyarakat supaya dalam membeli jajanan jelang buka puasa jeli dan teliti, karena kebanyakan  makanan itu merupakan makanan basah yang rentan mengandung formalin maupun rhodamin (zat pewarna),” kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Bantul Sahadi di Bantul, Jumat (11/7/2014).

Advertisement

Menurut dia, masyarakat bisa memperhatikan ciri-ciri jajanan mengandung formalin, seperti makanan terlalu mengkilat umumnya pada baso, roti kukus dengan warna mencolok atau tidak seperti kondisi makanan pada umumnya.

“Makanan yang terlalu mengkilat berkemungkinan mengandung formalin, selain baso, potensi kandungan formalin ada di buah-buahan yang sudah dipotong, untuk mengetahui kandungan formalin perlu ada uji laboratorim,” katanya.

Oleh sebab itu, kata dia, dalam inspeksi jajanan berbuka puasa yang dilakukan bersama Dinas Kesehatan di kawasan Jalan Bantul dan Pasar Imogiri pada Kamis (10/7/2014) sore, pihaknya mengambil beberapa sampel jajanan untuk dilakukan uji di laboratorium.

Advertisement

“Hasil uji laboratorium akan diketahui sekitar tiga sampai empat hari, apabila hasil sampel menunjukkan makanan
tersebut positif mengandung bahan berbahaya maka penjual akan didatangi kembali untuk diperingatkan,” katanya.

Selain mengambil sampel makanan dari pedagang tiban jelang berbuka puasa di kawasan itu, petugas gabungan tersebut juga menemukan puluhan berbagai produk minuman kemasan dalam kondisi kedaluwarsa dan bungkus rusak masih dijual pedagang.

Terhadap beberapa pedagang yang kedapatan menjual minuman tidak layak edar tersebut, pihaknya langsung memberikan peringatan dan teguran tertulis di tempat berdagangnya tersebut agar tidak menjual ke konsumen.

Advertisement

“Ketika kami tanya mereka alasan menjual minuman itu mereka mengatakan tidak tahu, padahal jelas-jelas dari sisi kemasan yang rusak saja sudah tidak layak jual, kemungkinan mereka sengaja menjual karena merasa
’eman-eman’ (sayang),” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif