Soloraya
Minggu, 6 Juli 2014 - 06:01 WIB

WISATA KULINER SOLO : Kuliner dan Rest Area Kampoeng Batik Laweyan Sepi Pengunjung

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pusat kuliner saat dibuka oleh Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Sejumlah warga Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Solo, mengeluh karena pemerintah kota (Pemkot) Solo tidak memberikan perhatian secara maksimal terhadap perkembangan wisata Kampoeng Batik Laweyan.

Warga RT 003/RW003 Laweyan, Wiji Lestari, 43, mengatakan Pemkot Solo tidak lagi acuh terhadap pengembangan sarana pendukung wisata Kampoeng Batik Laweyan seperti pada pusat kuliner yang dibangun dari dana program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) pariwisata itu. Semakin hari kondisi rest area dan kuliner Kampoeng Batik Laweyan kian sepi pengunjung.

Advertisement

“Kampoeng Batik Laweyan sudah memiliki bangunan rest area dan kuliner. Seharusnya Pemkot bisa mengelola tempat itu dengan berbagai cara agar bisa ramai dan menjadi destinasi lain wisatawan saat berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan,” kata Wiji saat dijumpai Espos di rumahnya, Sabtu (5/7/2014).

Pantauan solopos.com, hanya terdapat satu gerobak angkringan dan satu lemari kaca kecil di bangunan yang memiliki ukuran sekitar 4 meter x 20 meter itu. Di antara dua barang yang berfungsi sebagai tempat berjualan tersebt masih banyak ruang kosong tak terpakai. Selain itu tidak ada seorang pun di sekitar lokasi rest area dan kuliner kampeng batik laweyan.

“Awal dibuka [rest area dan kuliner] terdapat delapan orang yang berjualan. Semakin hari kian sepi pengunjung hingga pedagan mundur atau pindah ke tempat lain. Saat ini hanya ada tiga sampai empat penjual saja. Saat bulan Ramadan ada satu penjual tapi kadang tidak jual lantaran khawatir tidak laku,” ujar Wiji.

Advertisement

Wiji menilai Pemkot hanya memperhatikan perkembangan produksi atau pengusaha batik Kampoeng Batik Laweyan. Tidak ada pemberdayaan bagi warga lain yang bertempat tinggal di wilayah Kampoeng Batik Laweyan namun tidak memiliki usaha batik.

“Padahal ada potensi pendukung lain yang juga perlu diperhatikan dengan serius oleh pemerintah. Sarana pendukung wisata lain seperti pusat kuliner bahkan bisa menjadi daya tarik tersendiri jika terkelola dengan baik. Selain itu kalau bisa cermat, ada aliran sungai di laweyan. Saya menilai apabila ada upaya yang dimulai dari pemerintah, sungai bisa jadi tempat wisata lain di laweyan,” imbuh Wiji.

Senada dengan Wiji, secara terpisah, Ketua RW 003 Laweyan, Amin Rusdi mengatakan andil pemerintah dalam memberikan bantuan dana dan instruksi kepada masyarakat penting dilakukan untuk mengembangkan bebrbagai potensi yang belum terbentuk.

Advertisement

“Bisa secara teknis dukungan pemerintah berbentuk sosialsisasi kepada warga Laweyan dan masyarakat secara umum tentang berbagai potensi pendukung wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan. Sosialisasi tersebut membawa misi guna mempromosikan tidak hanya batik yang ada di Laweyan namun masih ada potensi lain yang bisa dinikmati. Selain itu pemerintah juga mendukung dengan modal agar penataan kampung bisa segera berjalan,” kata Amin.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif