Soloraya
Rabu, 25 Juni 2014 - 17:50 WIB

KASUS HIV/AIDS : Pulang dari Luar Negeri, 10 TKI Boyolali Terinfeksi HIV/AIDS

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (JIBI/Reuters/Dok.)

Solopos.com, BOYOLALI — Hingga Juni 2014, tercatat ada 10 TKI asal Kabupaten Boyolali yang terdeteksi tertular penyakit HIV/AIDS. Hal itu diungkapkan Koordinator KDS Merbabu Boyolali, Henri Susanto, berdasarkan data jumlah penderita HIV/AIDS yang mendapat pendampingan dari KDS Merbabu Boyolali,

“TKI tersebut di antaranya bekerja di Hongkong dan Malaysia,” ungkap Henri saat memaparkan upaya penanganan dan pendampingan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam Sarasehan Pengendalian HIV/AIDS. Saresehan itu digelar oleh Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Merbabu Boyolali di Boyolali, Rabu (25/6/2014).

Advertisement

Tenaga kerja Indonesia (TKI) menjadi orang yang berisiko tertular penyakit HIV/AIDS. Pemeriksaan kesehatan atau medical check up bagi TKI sebelum kepulangannya ke tempat asal, dinilai penting untuk dilakukan. Hal itu untuk mengetahui kondisi kesehatan TKI tersebut selepas masa kerjanya di luar negeri. Salah satunya untuk mengidentifikasi apakah TKI tersebut tertular suatu penyakit atau tidak, di antaranya HIV/AIDS.

Sementara itu, jumlah kasus HIV/AIDS yang tercatat lembaga tersebut hingga Juni 2014 ini 170 kasus dan yang didampingi oleh KDS Merbabu Boyolali sebanyak 107 orang. “Jumlah itu terbagi dari berbagai kalangan, antara lain meliputi ibu rumah tangga yang merupakan kasus yang paling tinggi, mahasiswa, remaja, hingga anak-anak,” imbuhnya.

Khusus untuk TKI yang mengidap HIV/AIDS, Henri mengakui beberapa klinik VCT yang menangani pengobatan ODHA kesulitan menjangkau TKI. Sementara itu, perwakilan dari Pokja Pengobatan, Dukungan, dan Perawatan (CST) Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Andreas, kasus TKI yang terdeteksi tertular HIV/AIDS ditemukan di beberapa daerah tujuan pengiriman TKI, seperti Malaysia, Arab Saudi, dan Korea.

Advertisement

Para TKI tersebut rentan tertular penyakit mematikan tersebut. Sejauh ini, lanjut dia, pemeriksaan kesehatan terhadap TKI baru dilakukan saat menjelang keberangkatannya ke luar negeri. Sehingga menurutnya, sangat penting dilakukan pemeriksaan kesehatan juga dilakukan sebelum para TKI itu kembali ke tempat asalnya.

“Sebagai upaya mendeteksi dini untuk mengetahui kondisi kesehatan TKI tersebut, termasuk kalau-kalau mereka ternyata tertular penyakit HIV/AIDS, sehingga penanganannya akan lebih cepat dilakukan,” pungkas Andreas.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif