Soloraya
Rabu, 25 Juni 2014 - 06:30 WIB

Jelang Ramadan, Harga Bunga Tabur di Solo Naik 10 Kali Lipat

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pedagang bunga (JIBI/Solopos/Sunaryo Haryo Bayu/ilustrasi)

Solopos.com, SOLO–Mengendarai sepeda motor, Sudadi, 54, berangkat dari rumahnya menuju Pasar Kembang. Sesampainya di Pasar Kembang, tanpa banyak pertimbangan, dia langsung mendekati salah satu pedagang dan membeli bunga tabur.

“Mbak, beli bunga taburnya Rp50.000,” kata Sudadi kepada pedagang, Susi, 30.

Advertisement

Dengan sigap dan cekatan, Susi melayani pesanan Sudadi. Bunga tabur yang sudah dibungkus pun diserahkan kepada Sudadi. Dengan uang Rp50.000, laki-laki ini memperoleh bunga sekitar satu tas plastik warna hitam berukuran sedang tapi tidak penuh.

“Kalau nyadran seperti ini, harga bunga tabur memang naik jadi tidak masalah dan tidak kaget kalau [bunga tabur] yang didapat sedikit,” tutur Sudadi kepada solopos.com seusai membeli bunga tabur, Selasa (24/6/2014).

Laki-laki asal Bekonang ini sengaja membeli bunga tabur di Pasar Kembang meski dia hendak ziarah ke Kebakkramat, Karanganyar. Hal tersebut dia lakukan karena ingin membeli bunga tabur dengan harga yang lebih terjangkau mengingat Pasar Kembang merupakan pusatnya penjualan bunga tabur. Selain itu, kondisi bunga juga lebih segar dan lebih bagus karena masih ada yang utuh.

Advertisement

Susi mengatakan kenaikan harga tersebut sudah terjadi sejak Kamis (19/6/2014) lalu. Menurut dia, harga bunga tabur naik hampir 10 kali lipat dari harga biasanya. Menurut dia, kenaikan harga tersebut dipicu tingginya permintaan masyarakat. Oleh karena itu, banyak bunga tabur yang dibawa dan dijual di luar kota. Hal tersebut karena di Pasar Kembang merupakan pusat penjualan bunga tabur sehingga harganya lebih terjangkau.

Pedagang bunga tabur yang lain, Agus, 40, menuturkan satu jinjing bunga tabur biasanya dia beli dengan harga Rp50.000 tapi kini naik menjadi Rp500.000. Dia mengatakan satu jinjing tersebut biasanya dibagi menjadi tujuh keranjang dan per keranjang djual dengan harga Rp75.000. Meski permintaan melonjak, Agus mengatakan tidak menambah jumlah barang dagangan. Hal ini karena daya beli masyarakat menurun. Menurut dia, sehari biasanya kulak tiga jinjing bunga tabur tapi kalau Sabtu dan Minggu bisa mencapai lima jinjing.

“Kalau setiap pagi, kulak tetep tiga jinjing. Tapi karena nyadran ini, pengiriman barang bisa sampai dua kali, yakni pagi dan sore. Kalau siang [persediaan] sudah menipis, biasanya sore kulak lagi karena hingga malam biasanya tetap ramai pembeli,” paparnya.

Advertisement

Bahkan biasanya pembeli itu, mulai ada sekitar ppukul 07.00 WIB. Memasuki waktu nyadran, sejak pukul 05.00 WIB, pasar sudah ramai, baik pedagang dari luar kota yang kulak atau pembeli. Lebih lanjut, Agus mengatakan harga jual bunga tabur kali ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nyadran tahun lalu.

Menurut dia, nyadran tahun lalu, satu keranjang bunga tabur biasanya dijual dengan harga Rp150.000-Rp200.000 tapi kali ini hanya Rp75.000. Hal ini karena pada tahun lalu, panen bunga terbatas sehingga stok di pasar tipis padahal permintaan tinggi. Dia juga menjaskan, tidak adanya pantauan harga ke bunga tabur menyebabkan petani bisa leluasa menentukan harga sehingga kenaikan harga tersebut bisa sangat tinggi jika dibandingkan hari biasanya.

Sementara itu, suasana di Pasar Kembang juga lebih ramai, baik pembeli maupun pedagang. Susi mengatakan saat penjualan bunga tabur sepi, beberapa pedagang ada yang memutuskan pulang ke kampung halaman, mengingat banyak penduduk luar kota yang berjualan di pasar tersebut. Tapi selama nyadran ini, pedagang yang sebelumnya pulang kampung, kembali berjualan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif