Jogja
Rabu, 25 Juni 2014 - 17:20 WIB

Guru Paud Tak Digaji, Sekali Dapat Insentif, Uang Dibagi Tiga Orang

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi JIBI/Harian Jogja/Antara

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Ratusan tenaga pengajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Gunungkidul belum mendapatkan bayaran sepeser pun. Begitu mendapat ‘penghargaan’, guru PAUD juga harus rela membagi uang intensif dengan guru lain.

Ninik Nurningsih, pengajar di PAUD Kasih Ibu, Dusun Ketonggo, Desa Sumberejo, Kecamatan Semin, Gunungkidul mengatakan ia sudah tiga tahun mengajar di PAUD Kasih Ibu. Dalam sepekan, dia dan kedua rekan seprofesinya memberikan pelajaran dan pelatihan kepada anak-anak di daerah tersebut. Di mata masyarakat, profesi guru dianggap sebagai pekerjaan mulia. Dari sisi derajat juga dipandang lebih tinggi.

Advertisement

Namun hal itu tak berlaku bagi Ninik. Sejak membulatkan tekad menjadi pengajar PAUD di daerah itu, tiap bulannya hingga kini dirinya belum mendapatkan bayaran sepeser pun. Kendati demikian, ia mengaku ikhlas menjalani aktivitas tersebut.

“Pengetahuan saya jadi semakin bertambah. Salah satunya, bisa saya terapkan untuk mengajar anak saya dengan baik dan benar,” katanya kepada Harianjogja.com.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Ninik mengaku sangat bergantung kepada suaminya yang bekerja sebagai seorang buruh harian di Pasar Semin. Rata-rata, tiap bulannya suami Ninik mendapatkan bayaran Rp1 juta. Mau tidak mau, uang itu harus digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Advertisement

Sri Wahyuni, teman mengajar Ninik menuturkan mendapatkan insentif tiap bulannya. Namun uang tersebut terkadang dibagi dengan tiga rekan kerja.

Dahulu, kata dia, guru PAUD mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Situasi berubah sejak diberlakukannya Undang-undang Desa lantaran segala kebutuhan operasional ditangani desa.

“Dulu ada bantuan tiap tahunnya Rp6 juta tapi kini tidak lagi. Bantuan hanya diberikan kepada PAUD yang telah memiliki akreditasi,” papar Wahyuni.

Advertisement

PAUD Kasih Ibu tidak berani mematok iuran tiap bulan karena bayaran dilakukan secara ikhlas dan semampunya.

“Biarlah itu [bayaran] menjadi kesadaran orangtua anak-anak,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif