News
Rabu, 11 Juni 2014 - 14:31 WIB

KISAH INSPIRATIF : Inilah Raeni, Anak Tukang Becak Jadi Wisudawati Terbaik Unnes

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Raeni dan sang ayah Mugiyono (Unnes.ac.id)

Solopos.com, SOLO – Raeni, seorang wisudawati dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes tiba-tiba jadi selebriti media sosial internet. Gambar Raeni diunggah ulang sejumlah netizen dan jadi salah satu yang paling banyak diperbincangkan hari ini. Kini kisah hidup wisudawati dengan IPK 3,96 banyak dicari netizen.

Raeni dikenal sebagai mahasiswi yang cerdas. Dia beberapa kali mendapat indeks prestasi sempurna, 4. Saat lulus Raeni jadi wisudawati terbaik dengan IPK 3,96. Namun bukan itu yang membuatnya jadi pusat perhatian.

Advertisement

Dilansir Antara, Rabu (11/6/2014), Ayahanda Raeni memang bekerja sebagai tukang becak, yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.

Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Sebagai tukang becak, diakuinya, penghasilnnya tak menentu. Sekitar Rp10.000–Rp50.000. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp450.000 per bulan.

Advertisement

Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Sebagai tukang becak, diakuinya, penghasilnnya tak menentu. Sekitar Rp10.000–Rp50.000. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp450.000 per bulan.

Raeni mengaku bangga bisa menamatkan kuliah di Unnes dengan prestasi yang membanggakan dan menyandang predikat lulusan terbaik meski dirinya berasal dari kalangan keluarga yang tidak mampu.

“Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.

Advertisement

“Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon,” kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.

Dari uang pesangon yang didapatnya itu, kata dia, di antaranya digunakan untuk membeli laptop seharga Rp5,6 juta bagi Raeni karena menyadari perangkat itu sangat dibutuhkan untuk perkuliahan.

“Selepas pensiun dari perusahaan kayu lapis, saya mbecak. Hasilnya, ya, tidak tentu, sehari Rp10.000. Namun, saya juga nyambi jadi penjaga malam sekolah dengan bayaran Rp450.000/bulan,” katanya.

Advertisement

Warga RT 01/RW 02, Langenharjo, Kendal itu, mengaku selama ini dirinya yang menjadi tulang punggung keluarga karena istrinya memang tidak bekerja, sementara kakak Raeni sudah menikah.

Untungnya, kata Mugiyono, Raeni mendapatkan beasiswa Bidik Misi sehingga keluarga tidak mengeluarkan banyak biaya, tinggal mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti indekos dan makan.

Gambar yang dipajang di situs resmi Unnes, Rabu (11/6/2014).  Dalam gambar itu penerima beasiswa Bidik Misi ini diantar oleh ayahnya, Mugiyono, menggunakan becak. Kendati demikian, senyum bangga tetap menghiasi wajah Rani juga sang bapak.

Advertisement

Dilansir Liputan6.com, Rabu, Rektor Prof Dr Fathur Rokhman MHum mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif