Lifestyle
Sabtu, 7 Juni 2014 - 03:42 WIB

INFO MEDIS : Efektifkah Ekstrak Kedelai Hadapi Jantung Koroner?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai (Healthinessbox.com)

Solopos.com, SOLO — Penyakit jantung hingga kini masih menempati urutan teratas penyebab kematian utama pria dewasa. Belakangan hari ini muncul metode alternatif pengobatan plaque theraphy yang mengandalkan ekstrak kedelai. Efektifkah?

Wikipedia.org menginformasikan, 2,6 juta penduduk Amerika Serikat meninggal dunia setiap tahunnya karena penyakit jantung, dan 478.000 orang di antara mereka tewas karena jantung koroner. Jantung koroner yang disebabkan pola hidup salah ini juga mulai booming di Indonesia.

Advertisement

Di Pusat Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSUD dr. Moewardi Solo terdapat tak kurang dari 100 pasien melakukan pemeriksaan jantung koroner setiap harinya. Risiko kematian mengancam bagi penderita yang tidak mampu menjaga pola hidup sehat, meski sudah ditangani secara medis.

Beragam pengobatan alternatif penyembuhan penyakit jantung koroner pun bermunculan. Tak hanya tabib, tawaran pengobatan alternatif juga dilakukan sejumlah tenaga medis yang memiliki gelar dokter.

Advertisement

Beragam pengobatan alternatif penyembuhan penyakit jantung koroner pun bermunculan. Tak hanya tabib, tawaran pengobatan alternatif juga dilakukan sejumlah tenaga medis yang memiliki gelar dokter.

Salah satu pengobatan jantung koroner yang diklaim sebagai terapi medis alternatif paling ampuh dan tengah ramai diinformasikan ialah plaque therapy. Artikel mengenai jenis terapi yang memanfaatkan produk generik dari ekstrak kedelai ini cukup banyak diunggah di Internet.

Dalam berbagai artikel itu disebutkan kandungan phosphatidylcholine dan lecithin dalam ekstrak kedelai dipercaya mampu melarutkan plak pada pembuluh darah koroner sehingga menghilangkan penyumbatan. Dengan menyuntikkan ekstrak kedelai hingga 40 kali, jantung koroner bisa disembuhkan tanpa melalui penanganan medis pada umumnya seperti pemasangan ring atau stent dan pembuatan by pass.

Advertisement

Ia mengaku sempat mendapatkan informasi terapi pengobatan alternatif jantung koroner bukan dengan ekstrak kedelai melainkan obat herbal. Ifah tak menggubris berbagai informasi tersebut lantaran lebih percaya pada pengobatan medis meski menelan biaya mahal. Keluarganya harus mengeluarkan Rp1 juta setiap kali membeli obat.

“Kalau saya mending kontrol ke dokter jantung yang lebih tahu. Mahal sedikit enggak apa-apa asal ayah saya benar-benar sembuh. Kemarin sempat dirujuk juga ke Jakarta, tapi kami belum ke sana,” kata dia.

Penderita jantung koroner asal Solo, Teguh, 50, mengatakan tidak ingin terkecoh dengan tawaran terapi jantung koroner nonmedis. Selain tak bisa dipertanggungjawabkan secara klinis, ia juga khawatir penyakitnya semakin parah apabila tidak ditangani oleh mereka yang kompeten.

Advertisement

Dokter spesialis jantung di PJT RSUD dr. Moewardi Solo, Triadhy Nugraha, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu, mengatakan pengobatan jantung dengan ekstrak kedelai belum teruji klinis. Itulah pasalnya pengobatan jantung dengan ekstrak kedelai itu tidak direkomendasikan bagi penderita.

“Teori itu belum dibuktikan dengan uji klinis. Seperti penawaran obat penghancur batu ginjal. Plak juga begitu, sangat keras, seperti batu kerasnya. Apa bisa dikikis? Secara teori sulit sekali. Yang bisa dilakukan minimal mempertahankan agar plak tak bertambah,”

Ia memaparkan penyebab jantung koroner ialah adanya plak di pembuluh darah koroner selama bertahun-tahun. Sementara penyebab terbentuknya plak adalah kadar kolesterol maupun lemak yang tinggi atau hipertensi yang menyebabkan kekakuan pada pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan. Kalau dibiarkan, endapan plak pada pembuluh darah bisa pecah dan menyumbat ujung jantung hingga menyebabkan kematian.

Advertisement

Pelbagai metode pengobatan jantung koroner dilakukan sesuai kondisi pasien. Triadhy menjelaskan plak yang menyumbat pada pembuluh jantung koroner sangat sulit diluruhkan dengan obat. Bahkan, penyuntikan yang dilakukan pada pasien dengan penyumbatan 30%-50% hanya berfungsi menekan perkembangan, bukan menghilangkan plak. Sehingga jika ada yang mengklaim bahwa ekstrak kedelai mampu meluruhkan plak, bahkan ketika sudah terjadi sumbatan total, perlu diragukan.

“Teori itu belum dibuktikan dengan uji klinis. Seperti penawaran obat penghancur batu ginjal. Plak juga begitu, sangat keras, seperti batu kerasnya. Apa bisa dikikis? Secara teori sulit sekali. Yang bisa dilakukan minimal mempertahankan agar plak tak bertambah,” terang dia.

Triadhy menerangkan kedelai memang mengandung hormon estrogen yang mampu melindungi pembuluh darah koroner. Namun, menurutnya fungsi hormon tersebut tidak terlalu signifikan, terlebih untuk memecahkan plak.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif