Lifestyle
Rabu, 4 Juni 2014 - 06:30 WIB

KULINER SOLORAYA : Kedai Bergerak Lebih Fleksibel Layani Konsumen

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bagian belakang mobile food van milik Milkies (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Berjualan dengan memanfaatkan sebagian kabin mobil untuk dijadikan dapur atau ruang pantry ternyata memberikan keuntungan tersendiri bagi para pelaku usahanya. Mereka bukan hanya jadi lebih lincah, karena mobile food van alias kedai bergerak ternyata juga lebih hemat ketimbang gerai permanen.

Pemilik Kaka Crepes, Joko Purnomo yang sudah tiga tahun belakangan ini berjualan menggunakan mobil mengaku mobile food van atau kedai bergerak itu lebih praktis untuk berjualan crepes ke mana-mana. Tak hanya itu, metode berjualan semacam itu juga dirasanya lebih hemat karena ia tidak perlu menyewa kios.

Advertisement

“Kalau menyewa kios sangat mahal, apalagi di sekitar kampus. Kalau hujan juga tinggal lipat meja dan kita berteduh di dalam mobil,” ujar Joko saat ditemui Solopos.com di sekitar kawasan Gedung Solo Techno Park (STP), Rabu (28/5/2014).

Joko juga mengaku tak menganggarkan biaya khusus untuk perawatan mobil. Dia berjualan pukul 13.00 WIB-18.00 WIB. Sebenarnya ia bisa berjualan sejak pagi, tapi kawasan tempat berjualan terlarang untuk berjualan sebelum pukul 13.00 WIB. Kalau nekat berjualan, sambung dia, mobilnya bakal diusir dan diminta pindah oleh petugas Satpol PP.

Dia juga mengaku lebih nyaman berjualan secara berpindah tempat, sebab dia tidak perlu menyiapkan tempat dan perangkat lain seperti meja, kursi, dan sebagainya untuk menongkrong konsumen.

Advertisement

Beda lagi dengan Chakti Febri Yudhanto, pemilik kedai berjalan Milkies. Setelah memiliki konsep yang jelas tentang modifikasi mobil VW Combi yang dia beli seharga Rp20 juta itu, dia memercayakan perombakan mobilnya itu kepada salah seorang tukang kayu, bukan ke mekanik di bengkel.

“Orang bengkel mobil mungkin juga bisa membuat konsep seperti ini, tapi saya lebih percaya ke tukang kayu yang memang sudah terbiasa membuat furnitur,” ungkap mahasiswa Jurusan Komunikasi FISIP UNS ini.

Ia optimistis waffle, nachos, dan aneka minuman susu yang dia jual bisa laku di pasaran dengan berkeliling ke sejumlah sekolah di Solo. Ia biasanya membawa Combi Milk itu ke SMAN 3 Solo, SMAN 5 Solo, dan di gerbang utara Stadion Manahan saat sore hari.

Advertisement

Hal serupa juga diungkapkan Irma yang menjajakan berbagai makanan khas Jepang seperti okonomiyaki dan takoyaki di seberang depan gerbang Kampus ISI Solo. Mobil yang dijadikan tempat jualan itu diberi nama Monster Takoyaki.

Agar menarik para pengunjung, mobil tersebut dihiasi aneka karakter kartun dari Jepang. Di atas mobil pikap itu, dia meramu takoyaki, okonomiyaki, anake ramen, dan berbagai jenis minuman. Untuk penerangan saat malam hari, di mobil itu dipasangi lampu bertenaga aki.

“Jualan di pinggir jalan seperti ini biasanya sampai pukul 22.00 WIB. Setelah itu nanti ada yang menjemput mobil untuk dibawa pulang,” terang Irma.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif