Soloraya
Rabu, 28 Mei 2014 - 01:30 WIB

PETERNAKAN BOYOLALI : Peternak Sapi Khawatirkan Penyakit Masitis

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi perah (Rachman/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, BOYOLALI–Sejumlah peternak sapi perah di Desa Singosari, Mojosongo, Boyolali selalu waspada mengenai kesehatan hewan ternaknya. Mengingat sapi perah yang rawan terserang penyakit terutama penyakit masitis.

Seorang peternak sapi perah setempat, Suloyo, mengatakan saat ini terdapat dua ekor sapi perah kepunyaannya yang terserang mastitis. Penyebabnya masing-masing satu puting dari dua ekor sapi perah tersebut mati dan tidak bisa mengeluarkan susu.

Advertisement

“Upaya penyembuhan sudah saya lakukan termasuk suntik obat oleh dokter hewan, namun memang sudah tidak bisa diatasi. Yasudah mengandalkan tiga puting lainnya yang masih bisa mengeluarkan susu,” ujarnya saat ditemui Espos di kediamannya, Selasa (27/5).

Suloyo menambahkan dirinya pernah memiliki sapi yang terkena penyakit mesitis dan mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas. Akhirnya dia memilih untuk menjual sapi tersebut daripada terus mempertahankannya.

Sementara petugas di sebuah kandang peternakan sapi perah di Desa Singosari, Mulyadi mengatakan sapi perah bisa terjangkit beberapa penyakit termasuk mastitis dan flu. Mengenai matinya puting sapi, Mulyadi menuturkan terdapat kotoran yang masuk melalui puting tersebut sehingga terjadi infeksi.

Advertisement

“Harusnya sapi dimandikan setiap hari demi menjaga kesehatannya, namun itu masih menjadi kendala tersendiri bagi para peternak. Memandikan sapi memerlukan waktu dan tenaga lebih sehingga para peternak cenderung membiarkan sapinya kotor,” kata Mulyadi saat ditemui Espos, Selasa.

Mulyadi menambahkan peternak sapi perah dituntut untuk teliti mengawasi hewan ternaknya. Selain itu juga harus pandai mengawasi perubahan karakter dalam diri sapi serta komposisi makanan yang diberikan.

“Harus pandai mengamati perubahan yang ada pada sapi misalnya sapinya tidak doyan makan dan lain-lain. Seharusnya komponen makanan yang diberikan lebih banyak hijau-hijauannya dari pada konsentratnya,” tambahnya.

Advertisement

Di sisi lain, peternak sapi perah, Pramono mengatakan pemerintah harus memberikan lompatan inovasi kepada peternak sapi. Menurutnya selama ini pemerintah terlalu monoton dalam memperhatikan peternak.

Dalam pandangannya sebuah keluarga mampu memberdayakan sapi perah sepuluh sampai belasan ekor. Namun saat ini masih didapati peternak yang hanya mampu memelihara beberapa ekor saja. Alasannya dikarenakan ketidakmampuan dalam mengelola banyak sapi, sehingga apabila sapi berkembang biak mereka lebih memilih menjualnya.

“Pemerintah kurang dalam memberikan pengarahan terkait mengembangkan usaha ternak sapi perah. pengetahuan tentang administratif juga harus diberikan kepada peternak agar mereka mengetahui seberapa untung dan ruginya,” kata Pramono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif