News
Sabtu, 17 Mei 2014 - 19:30 WIB

ISU PUAN CAWAPRES JOKOWI : Rudy Jamin Jokowi Menang di Solo, Kecuali Cawapresnya Puan

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jokowi Menemui Rudy di Loji gandrung sebelum bertarung dalam Pilpres 2014

Solopos.com, SOLO – F.X. Hadi Rudyatmo atau Rudy yang mundur dari jabatan Ketua DPC PDIP Solo, tak akan mengumpulkan massa untuk menolak Puan Maharani sebagai cawapres. Namun dia tidak menjamin capres PDIP, Joko Widodo atau Jokowi, menang di Solo jika dipasangkan dengan Puan.

Rudy merasa tidak perlu mengumpulkan kader DPC untuk menolak Puan menjadi cawapres. Rudy siap pasang badan dengan konsekuensi penolakan itu. Namun, Rudy akan menyampaikan saran ke DPP tentang nama cawapres yang tepat pada menit terakhir menjelang deklarasi.

Advertisement

“Saya itu kelase gur RT. Organisasi parpol ini harus memahami politik itu sebagai seni mengelola aspirasi rakyat. Parpol itu alat perjuangan. Kalau aspirasi rakyatnya Mbak Puan ojo dadi cawapres, ya sudah, PDIP cari cawapres di luar PDIP ta. Keserakahan itu tidak penting,” tuturnya.

Rudy yang aktif di PDIP sejak 1977 dan menjadi pengurus PDIP selama 15 tahun itu ingin PDIP di Solo kondusif. Dia melarang semua kader untuk ikut mundur dari struktural partai. Dia berpesan urus partai. “Yang penting presidennya Jokowi, wakilnya siapa pun saya pastikan Jokowi menang di Solo, kecuali bila cawapresnya Mbak Puan,” akunya.

Dalam pertemuan empat mata antara Rudy dan Jokowi di Loji Gandrung, Kamis (15/5/2014) lalu, Rudy mengaku Jokowi sempat meminta masukan terkait cawapres. Namun, Rudy menampik pertemuan itu membahas tentang penolakan Puan menjadi cawapres.

Advertisement

“Saya hanya memberi masukan kalau beliau [Jokowi] harus bangun komitmen. Pertama, hakekatnya pemimpin itu adalah pelayanan. Kedua, tidak perlu rebutan jabatan, pekerjaan, dan duit. Dengan dua komitmen itu, yang ada hanya berpikir, bertindak untuk menjadikan rakyat sejahtera lahir dan batin,” tandasnya.

Terpisah, Sekretaris DPC PDIP Solo, Teguh Prakosa, menilai pernyataan penolakan terhadap Puan Maharani menjadi cawapres merupakan sikap tokoh PDIP yang tahu persis kader partai yang pantas di posisi cawapres. Menurut dia, sosok cawapres itu membutuhkan orang yang memiliki elektabilitas dan kapabilitas.

“Mungkin beliau menganggap [Puan] belum pas. Ya, itu normatif saja. Saya kira pernyataan itu tidak ada kaitannya dengan rencana pengunduran diri Pak Rudy,” jelasnya.

Advertisement

Bagi Teguh, pengunduran diri Rudy menjadi hak kader partai. Menurut Teguh, persoalan itu tidak akan menganggu kesolidan PDIP karena Rudy masih kader PDIP. Lagipula, imbuh Teguh, keputusan pengunduran diri Rudy itu yang menentukan DPP. Termasuk siapa yang akan ditunjuk menjadi pelaksana tugas harian Ketua DPC PDIP itu, sambung dia, juga yang menentukan DPP.

“Kami masih bisa berkoordinasi dengan beliau. Mekanisme selanjutnya kan menunggu Ketua Umum. Harus Plt atau tidak tergantung Ketua Umum. Organisasi parpol ini tidak ada masalah. Bagaimana sikap pengurus DPC lainnya bersama PAC dan Ranting keputusannya besok [Minggu ini],” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif