Soloraya
Rabu, 14 Mei 2014 - 01:20 WIB

KEKERASAN TERHADAP ANAK : 10 Bocah Wonogiri Korban Kekerasan Seksual Ikuti Konseling

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI.SOLOPOS)

Solopos.com, WONOGIRI–Sebanyak 10 anak korban kekerasan seksual mengikuti program bimbingan konseling guna menghilangkan trauma. Mereka mengikuti program bimbingan konseling selama dua hari mulai Senin-Selasa (12-13/5/2014).
Kepala Badan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Perempuan (BKBKSPP)  Wonogiri, Reni Ratnasari mengatakan para anak korban kekerasan seksual mengalami trauma berat dan tekanan mental. Karena itu, pihaknya berupaya memulihkan mental para anak korban kekerasan seksual tersebut.
“Para anak mengalami trauma berat, mereka butuh pemulihan mental secara bertahap. Ini yang kami lakukan mengembalikan kondisi mental anak-anak,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (13/5/2014).
Para anak-anak tersebut rata-rata berusia belasan tahun. Mereka berasal dari Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Selogiri, Sidoharjo dan Purwantoro. Diantara anak-anak tersebut terdapat Sejumlah anak menjadi korban kekerasan seksual beberapa tahun lalu. Bahkan, ada anak yang tengah hamil dan telah melahirkan bayi.
Bimbingan konseling tersebut difokuskan pada pemulihan mental para anak korban kekerasan seksual. “Mereka punya cita-cita tinggi, ada yang ingin menjadi dokter, pengusaha dan pramugari. Kami fokus memulihkan mental anak-anak agar mereka tetap bersemangat menjalani hidup,” ungkapnya.
Pihaknya menggandeng Yayasan Kepedulian Anak (Kakak) Solo untuk mengembalikan mental para anak korban kekerasan seksual. Proses bimbingan konseling dilakukan dengan mengajak anak-anak bermain sesuai hobinya masing-masing.
Di sisi lain, Ketua Pelaksana Harian Yayasan Kakak Solo, Shoim Sahriyati menyatakan biasanya korban kekerasan seksual tak mau membeberkan kasus yang menimpanya. Pihaknya mengajak anak-anak agar bisa menumbuhkan semangat hidup secara berkelanjutan.
Hilangkan Trauma

Lebih jauh, dia menjelaskan menghilangkan trauma akibat kekerasan seksual membutuhkan proses yang lama. Karena itu, pihaknya berupaya mengajak bermain agar anak-anak dapat menyalurkan kesukaannya.

“Proses pemulihan trauma akibat kekerasan seksual butuh waktu cukup lama. Harus dilakukan pelan-pelan agar anak-anak dapat menghilangkan trauma itu,” tambah dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif