Soloraya
Selasa, 13 Mei 2014 - 08:15 WIB

HASIL PEMILU SOLO : Caleg Incumbent Masih Mendominasi DPRD Solo

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua Anggota PPK Banjarsari Berusaha Memenuhi Tenggat Rekapitulasi

Solopos.com, SOLO—Calon anggota legislatif (caleg) terpilih incumbent masih mendominasi di DPRD Kota Solo pada periode 2014-2019 yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo dalam rapat pleno terbuka di Kusuma Sahit Prince Hotel (KSPH) Solo, Senin (12/5/2014). KPU mencatat ada 23 wakil rakyat definitif (51,11%) petahana yang bakal dilantik pada pertengahan Agustus mendatang.

Wajah-wajah baru yang turut mewarnai parlemen Solo hanya 22 orang (48,89%). Dari 45 caleg terpilih, hanya terdapat delapan orang yang mewakili kaum hawa (17,77%). Angka itu menunjukkan keterwakilan perempuan kurang dari 30% seperti yang diamanatkan undang-undangan (UU). Para caleg terpilih perempuan itu juga masih didominasi caleg incumbent dengan komposisi lima orang caleg incumbent dan tiga orang pendatang baru.

Advertisement

Di antara lima caleg perempuan incumbent itu ternyata terdapat sosok srikandi yang mampu mengantongi suara terbanyak, yakni Hartanti dengan 8.121 suara. Selain Hartanti yang mendapat suara melebihi angka bilangan pembagi pemilih (BPP) 6.420 suara, muncul juga sosok Y.F. Sukasno yang perolehan suara terbanyak kedua, 7.645 suara, yang juga melebihi angka BPP 7.205 suara.

Harga kursi di daerah pemilihan (dapil) Jebres ternyata paling mahal dengan BPP 7.205 suara itu. Tingginya angka BPP di Jebres memiliki hubungan erat dengan jumlah partisipasi pemilih. Ketua KPU Solo, Agus Sulistyo, pernah menyatakan semakin besar angka partisipasi pemilih maka angka BPP yang didapat juga semakin tinggi. Data-data tersebut juga disampaikan Agus dalam rapat pleno terbhuka tersebut.

“Partisipasi pemilih pada pileg tahun ini cukup membanggakan dengan angka 76%. Angka itu melebihi dari target KPU yang Cuma 75% dan jauh meningkat bila dibandingkan dengan angka partisipasi pemilih di pileg 2009 (71%). Meningkatnya angka partisipasi pemilih itu bukan semata-mata prestasi KPU, tetapi juga karena sosialisasi yang dilakukan para partai politik (parpol), caleg, dan masyarakat,” tegas Agus saat dijumpai wartawan, seusai rapat pleno, Senin siang.

Advertisement

Sosialisasi Pemilu

Agus mengaku KPU menggunakan metode sosialisasi pemilu secara segmentasi. Artinya, sosialisasi pemilu itu dilakukan dengan melibatkan sejumlah elemen masyarakat di setiap basis kelompoknya atau segmennya, seperti sosialisasi kepada pemilih pemula, organisasi keagamaan, kelompok marginal, dan sebagainya. Agus enggan berkomentar ketika angka partisipasi yang tinggi itu berkaitan dengan munculnya figur Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) asal Kota Bengawan.

Agus berharap angka partisipasi pemilih itu bisa lebih meningkat pada pemilihan presiden (pilpres) mendatang. Meskipun KPU pusat memasnag target hanya 75% pada pilpres, Agus masih optimistis bisa mendapatkan pemilih yang lebih besar. “Sosialisasi yang dilakukan pada pileg jauh lebih sulit daripada sosialisasi pilpres. Calon yang disosialisasikan lebih sedikit pada pilpres daripada pileg,” imbuhnya.

Advertisement

Agus lebih membandingkan sistem dan prestasi yang diraih KPU pada pileg 2014 dengan pileg sebelumnya (2009). Menurut Agus, pileg tahun ini terdapat proses demokrasi yang lebih transparan, terutama dalam rekapitulasi di tingkat tempat pemungutan suara (TPS). Transparansi proses demokrasi itu, kata dia, lebih meningkat bila dibandingkan pada pileg sebelumnya. “Selain itu, aspek pelaporan dana kampanye lebih ketat dan lebih transparan dibandingkan pileg sebelumnya,” akunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif