Jogja
Senin, 12 Mei 2014 - 07:47 WIB

Merti Sungai Oya Merekatkan Hubungan Warga

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengarak gunungan ke tengah Sungai Oya di Dusun Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Minggu (11/5/2014). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Merti Sungai Oya dijadikan warga Dusun Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk sebagai sarana merekatkan hubungan antarwarga.

Dari Jembatan Jelok, Minggu (11/5/2014), ratusan warga berkerumun di tengah sungai, di sebuah daratan kecil. Mereka mengenakan busana adat. Baik tua, muda, besar, kecil, laki-laki, perempuan berkumpul mengitari dua buah gunungan yang merupakan gunungan utama dan pendamping yang ukurannya lebih kecil.

Advertisement

Gunungan utama disusun dari hasil bumi terutama palawija sedangkan gunungan pendamping merupakan perpaduan dari palawija dan jajanan pasar. Gunungan utama diperebutkan orang dewasa sedangkan gunungan pendamping jatah untuk anak-anak. Jatah berkah dari upacara adat Bersih Dusun dan Merti Sungai Oya.

“Agar semua kebagian,” tutur Sekretaris Panitia Bersih Dusun dan Merti Sungai Oya, Sukriyanto.

Upacara adat ini merupakan agenda tahunan yang digelar tepat saat Minggu Kliwon. Merti Sungai Oya dimaksudkan agar warga menjaga kelestarian sungai yang tak pernah kering yang menjadi sumber kehidupan. Sungai itu sangat berjasa untuk pertanian warga Jelok.

Advertisement

Hal lain dari agenda kemarin yakni sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan warga yang sempat renggang. Arak-arakan gunungan baru diadakan sejak 2008 lalu. “Pascagempa 2006, hubungan warga sempat renggang karena tidak tepatnya sasaran bantuan,” imbuh Sukri.

Sampai 2008, kondisi masih tetap sama. Warga pun berkumpul dan mencoba mencari solusi. Bersih dusun dinilai sebagai upacara adat yang dirayakan bersama. Namun, perayaannya dahulu kala hanya kenduri di rukun tetangga masing-masing.

Timbullah ide membuat gunungan untuk diarak. Melalui arak-arakan gunungan yang dibawa seluruh warga, maka persaudaraan anatar warga kembali utuh.

Advertisement

Rupanya usaha itu tidak sia-sia, suasana guyub rukun kembali terasa. Hal itu terlihat dari kekompakan mereka menyiapkan dan menyukseskan bersih dusun dan merti sungai.

Salah satu warga, Sugiman, 60, juga mengakui hal tersebut. Sebelum gempa, warga hanya melakukan kenduri sederhana dengan makna untuk memboyong Dewi Sri dari ladang ke lumbung padi. “Sekarang lebih ramai karena ada arak-arakan gunungan ke sungai,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif