Soloraya
Senin, 12 Mei 2014 - 15:25 WIB

38 Anak Balita Wonogiri Gizi Buruk Dirawat Intensif

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, WONOGIRI–Sedikitnya 38 anak di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Wonogiri menderita gizi buruk. Mereka mendapat perawatan intensif dari Dinas Kabupaten Kesehatan (DKK) Wonogiri.

Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Kesehatan Keluarga DKK Wonogiri , Budi Ashari mengatakan balita tersebut mengalami gizi buruk lantaran kurang mendapat asupan gizi. Selain itu, faktor kemiskinan juga memengaruhi bertambahnya jumlah anak balita gizi buruk.

Advertisement

“Jadi penyebabnya banyak faktor, diantaranya kekurangan asupan gizi dan pola asuh anak yang salah,” katanya saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (12/5/2014).

Selama ini, ada sekitar 60 balita di Kota Gaplek yang mengalami gizi buruk. Setelah ditangani secara intensif, jumlah balita gizi buruk menurun. Kini, jumlah balita gizi buruk sebanyak 30 anak yang tersebar di 25 kecamatan di Wonogiri.

Untuk menangani balita gizi buruk, pihaknya menyiagakan klinik gizi buruk di setiap pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Apabila ada balita gizi buruk maka langsung mendapat perawatan medis di klinik tersebut.

Advertisement

“Jika kondisinya memprihatinkan maka langsung dirujuk ke rumah sakit. Kami juga selalu memberikan bantuan operasional tambahan untuk menambah asupan gizi setiap balita,” jelas dia.

Selama ini, penemuan kasus balita gizi buruh terkendala orangtua balita kerap menyembunyikan kasus tersebut lantaran status sosial. Mereka menyembunyikan anaknya yang menderita gizi buruk karena aib bagi keluarganya.

Lebih jauh, Budi menjelaskan ada beberapa balita gizi buruk yang meninggal dunia. Namun, kematian balita itu bukan disebabkan kekurangan gizi buruk melainkan penyakit keturunan. Biasanya, para balita gizi buruk juga mengidap penyakit keturunan seperti tubercolusis (TBC). “Memang ada yang meninggal dunia namun penyebabnya menderita penyakit keturunan bukan gizi buruk,” tandas dia.

Advertisement

Di sisi lain, seorang warga Kelurahan Giriwono, Kecamatan Wonogiri, Supardi meminta kader gizi di setiap desa/kelurahan harus dimaksimalkan untuk mencegah adanya balita gizi buruk. Kader gizi itu menjadi ujung tombak menemukan balita penderita gizi buruk di pedalaman. Sebab, mayoritas balita gizi buruk berada pedesaan. Masyarakat pedesaan kurang memahami perihal pentingnya asupan gizi bagi balita.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif