Soloraya
Senin, 5 Mei 2014 - 02:30 WIB

Tolak Pembangunan Waduk, Warga Wonogiri Protes ke Ganjar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, WONOGIRI – Sebagian warga tiga desa di Kecamatan Giriwoyo dan Baturetno menolak proyek pembangunan Waduk Pidekso di Desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo. Mereka tak berniat menjual lahan lantaran tanahnya subur dan lokasinya strategis.
Ketiga desa tersebut yakni Desa Pidekso dan Tukulrejo (Giriwoyo) dan Desa Sendangsari (Baturetno). Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo melakukan kunjungan kerja dengan menggelar sarasehan dengan warga yang terkena proyek pembangunan Waduk Pidekso, Minggu (4/5/2014). Acara sarasehan tersebut dibanjiri keluhan dan kritik dari para warga yang terkena proyek pembangunan Waduk Pidekso. Mereka mempertanyakan kejelasan pembangunan Waduk Pidekso yang dinilai belum jelas.
Seorang warga Desa Sendangsari, Kecamatan Baturetno, Suwarno, mengatakan pembangunan Waduk Pidekso di Desa Tukulrejo, Kecamatan Giriwoyo masih buram. Tak ada kejelasan dimulainya pengerjaan proyek tersebut. Padahal, rencananya pengerjaan proyek pembangunan waduk dimulai pada 2012 lalu.
“Warga resah karena hingga sekarang pembangunan waduk tak jelas. Kami sudah nyaman hidup di sini, sementara nanti ada lahan tergenang sedangkan ganti rugi untuk membeli lahan baru tidak ada,” katanya.
Pihaknya menegaskan menolak pembangunan waduk tersebut. Apabila proyek waduk tersebut dikerjakan, pihaknya meminta kompensasi lahan berdasarkan harga pasaran. Sebab, mayoritas warga yang terkena proyek pembangunan waduk tak berniat menjual lahan. Pihaknya menuntut agar pembayaran kompensasi lahan milik warga dirampung terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil rapat warga Desa Pidekso pada 2012 lalu, harga kompensasi lahan bangunan antara lain bangunan berdinding gedek senilai Rp3 juta/m2, bangunan berdinding gebyok senilai Rp4,5 juta/m2, bangunan semi permanen Rp5 juta/m2 sedangkan bangunan permanen senilai Rp6 juta/m2.
Sementara harga sawah senilai Rp2 juta/m2, harga kebun dan pekarangan senilai Rp7 juta dan harga tegalan senilai Rp2 juta.m2 Namun, selama ini, belum ada tim appraisal dari Kementerian Pekerjaan Umum maupun Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jateng untuk bernegosiasi dengan warga. “Kami tak berniat menjual tanah makanya harga kompensasi lahan harus dilipatgandakan dari harga pasaran,” jelas dia.
Di sisi lain, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menyatakan pihaknya akan mengecek ulang progres pembangunan Waduk Pidekso yang dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Pembangunan waduk tersebut digunakan untuk irigasi pertanian.
Pihaknya meminta agar para warga yang terkena proyek pembangunan waduk memprioritaskan masa depan para generasi selanjutnya. “Sekarang saya tanya apa ada warga yang anak atau cucunya bekerja sebagai petani. Jadi pembangunan waduk ini bermanfaat jangka panjang,” pungkas Ganjar.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif