Soloraya
Rabu, 30 April 2014 - 02:28 WIB

MASALAH SOSIAL : Bertingkah Meresahkan, Kepala UPTD Mojolaban Diusir Warga Plesan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO–Warga Desa Plesan, Kecamatan Nguter mengusir Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Mojolaban, Fuad Syafrudin Latif dan keluarganya yang bertempat tinggal di daerah tersebut, Senin (28/4/2014) malam. Warga menilai lelaki yang akrab dipanggil Udin tersebut melakukan banyak tingkah yang meresahkan warga.

Informasi yang dihimpun solopos.comn, Selasa (29/4/2014), massa yang berasal dari perwakilan warga menggeruduk rumah Udin di RT 004/RW 001, Dukuh Plesan, Desa Plesan pada Senin malam. Mereka memaksa Udin meninggalkan daerah itu untuk selamanya.

Advertisement

Ketegangan sempat terjadi karena salah seorang anak Udin membawa golok. Beruntung, golok tersebut bisa diamankan sehingga tidak terjadi kekerasan fisik dalam peristiwa itu.

Salah seorang warga yang turut dalam agenda tersebut, Widoyo, 32, saat ditemui solopos.com di balai desa setempat, Selasa siang, mengatakan masyarakat tak ingin Udin bertempat tinggal di Desa Plesan. Menurutnya, warga menilai Udin terlalu banyak berulah sehingga mengganggu ketenteraman warga sekitar.

Advertisement

Salah seorang warga yang turut dalam agenda tersebut, Widoyo, 32, saat ditemui solopos.com di balai desa setempat, Selasa siang, mengatakan masyarakat tak ingin Udin bertempat tinggal di Desa Plesan. Menurutnya, warga menilai Udin terlalu banyak berulah sehingga mengganggu ketenteraman warga sekitar.

“Ini murni kehendak masyarakat. Saya membantah tegas kalau ada pihak yang mengatakan ini berhubungan dengan politik,” ucapnya.

Ia memaparkan, Udin adalah pendatang yang mulai bertempat tinggal di Plesan sekitar 12 tahun lalu. Kala itu, Udin masih mengontrak rumah. Warga sekitar menyambut baik kehadiran anggota masyarakat baru mereka. Kata dia, semakin hari, setelah memahami seluk-beluk Plesan, Udin membuat konflik-konflik yang meresahkan warga. Namun Widoyo tak merinci konflik yang dimaksud tersebut.

Advertisement

Menurut dia, setelah adu mulut di rumah Udin. Perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat akhirnya membawa Udin ke Balai Desa Plesan. Warga meminta klarifikasi atas beberapa kasus yang diduga dilakukan Udin, seperti berkata kotor kepada ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) 8 Plesan, Ari Sasongko. Namun, Udin membantah semua tuduhan itu.

“Agenda Senin malam belum membuahkah hasil. Rencananya, kami akan menggelar pertemuan kembali pada Kamis (1/5/2014) malam selepas isya. Biar warga yang memutuskan, apakah Udin tetap diperbolehkan tinggal di sini atau wajib pergi dari daerah ini,” paparnya.

Mantan warga Plesan yang kini tinggal di Ngasinan, Bulu, Suraji, ketika ditemui solopos.com di Balai Desa Plesan, Selasa, menjelaskan dirinya turut serta dalam kejadian Senin malam. Menurutnya, meski telah tinggal di Ngasinan, ia merasa tetap merasa menjadi bagian masyarakat Plesan.

Advertisement

“Saya mengatakan kepada warga, bagaimanapun aksinya, jangan sampai menggunakan kekerasan. Negara ini adalah negara hukum,” terang lelaki yang akrab disapa Paikek itu.

Menurut dia, melihat sikap massa yang datang ke rumah Udin, besar kemungkinan Udin akan dikucilkan dari masyarakat jika memaksakan diri tinggal di Plesan. Namun, kepastian masalah itu baru bisa diketahui pada Kamis malam.

“Saya pernah mendengar, Udin itu dulu pernah diusir dari Mojolaban. Setelah sekian lama di sini, warga juga menginginkan hal yang sama,” katanya.

Advertisement

Berbuat Kerusuhan

Ketua KPPS 8 Plesan, Ari Sasongko, ketika ditemui solopos.com di rumahnya di RT 001/RW 006, Dukuh Kalisogo, Desa Plesan, Selasa, mengatakan Udin pernah berbuat kerusuhan saat penghitungan suara tingkat KPPS pada 9 April 2014 lalu.

Keributan yang dimaksud adalah menuduh dirinya mengajak taruhan Pemilu, berkata kotor kepada dirinya dan institusi KPPS, menampar telinga mantan ketua RT setempat bernama Slamet, mendorong salah satu warga bernama Nardi dan menuduh ada indikasi kecurangan oleh KPPS.

“Karena tindakan itu, warga Kalisogo jadi tersinggung semua. Perwakilan warga sini juga ikut menggeruduk rumah Udin pada Senin malam karena ia dinilai sering berbuat onar,” terang guru MTs Negeri Bendosari itu.

Menurutnya, kasus itu telah ia laporkan ke pihak kepolisian. Ia tengah menunggu kelanjutan penanganan kasus tersebut.

Anggota KPPS 8 Plesan, Mulyanto, 35, saat ditemui solopos.com di rumah Ari, mengatakan saat warga meminta Udin pergi dari daerah itu, Udin menyanggupi dengan syarat mendapat persetujuan seluruh warga. Namun, saat diklarifikasi di balai desa, pernyataan itu berubah 180 derajat.

“Ia bilang, tak akan pergi apapun yang terjadi. Tapi saya punya rekaman suara kalau dia mau pergi asal ada tanda tangan semua warga Plesan,” ucapnya.
Sementara itu, Udin atau Fuad Syafrudin Latif, saat dihubungi solopos.com, Selasa, menolak memberikan komentar terkait masalah itu. “Tunggu rembug warga pada Kamis saja,” kata dia singkat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif