Bisnis
Rabu, 8 Mei 2024 - 18:38 WIB

Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Redaksi Solopos.com  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perbaikan jaringan Telkom. (Istimewa/Telkom)

Solopos.com, JAKARTA – Layanan telekomunikasi kini kian dibutuhkan. Beberapa jam saja terputus dari jaringan telekomunikasi, orang pasti merasa dirugikan. Menyadari hal itu, Telkom menerapkan strategi untuk memastikan jaringan telekomunikasi yang dikelola selalu terhubung demi memberi layanan prima kepada pelanggan.

General Manager Witel Solo, Nanang Setiyo Utomo, mengatakan ketika bicara jaringan komunikasi, cakupannya cukup luas . Telkom tidak hanya menyelenggarakan jaringan untuk menghubungkan dua entitas, melainkan jauh lebih luas.

Advertisement

“Kalau menghubungkan Solo ke Klaten, atau Solo ke Jakarta mungkin itu masih sederhana. Komunikasi kita sekarang ini global. Orang bisa ambil data-data di Amerika, transaksi di Eropa dan sebagainya. Maka jaringannya harus disiapkan,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (6/5/2024).

Untuk mendukung kebutuhan telekomunikasi, Telkom menyediakan network atau jaringan domestik dan global. Jaringan domestik akan dibagi lagi antara jaringan yang menghubungkan antarkota dan network akses atau penghubung yang menuju ke pelanggan.

“Biasanya yang orang banyak tahu adalah yang akses. Jadi dari kantor Telkom atau Sentral Telepon Otomat [STO] sampai ke pelanggan,” lanjut dia.

Advertisement

Nanang menyebutkan jaringan, atau yang biasa kita sebut kabel, terdiri atas beberapa jenis. Untuk menghubungkan antarkantor atau antarkota ada jenis kabel khusus, yakni kabel junction.

Biasanya topologi penggunaan kabel tersebut membentuk ring, misalnya  menghubungkan Solo, Jogja, Purwokerto, Pekalongan, Semarang, kemudian kembali lagi ke Solo. Dengan begitu ketika ada salah satu segmen yang bermasalah atau putus, misalnya di segmen Solo-Jogja, maka daerah lain masih bisa terhubung dari sisi lainnya. Kemudian, ada juga kabel yang menghubungkan pelanggan dengan kantor Telkom.

Sedangkan dilihat dari pemasangannya, jenis kabel/jaringan dibedakan menjadi dua jenis, yakni kabel atas tanah dan bawah tanah atau tanam yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kabel bawah tanah, secara investasi awal lebih besar dibandingkan kabel atas. Namun, kabel bawah tanah memiliki potensi gangguan yang lebih kecil.

“Kemungkinan gangguannya kecil sehingga biaya yang besar di awal untuk pembangunan, dalam kurun waktu tertentu dengan proses gangguan yang rendah dan proses maintenance rendah, mungkin bisa sama juga dengan yang di atas [secara biaya total],” jelas dia.

Advertisement

Sebaliknya, untuk kabel atas tanah, secara investasi awal tidak terlalu besar.  Namun, kabel di atas tanah cenderung lebih rawan, baik terhadap cuaca, pepohonan, angin, putus, dan lainnya. Dengan begitu biaya operasional kabel atas lebih banyak tersedot untuk proses pemulihan atau pembenahan ketika ada yang gangguan.

Saat ini pemasangan kabel junction antarkota mayoritas menggunakan kabel bawah tanah. Sedangkan untuk kabel dari kantor Telkom ke pelanggan mayoritas kabel atas tanah.

Dari jenis kabel yang digunakan, saat ini Telkom menggunakan kabel jenis Single Core Per Tube (SCPT). Secara kualitas, kabel tersebut memiliki pelindung yang lebih kuat.

Pengecekan jaringan PT Telkom. (Istimewa/Telkom)

Advertisement

Kerja Sama Pemkot

Mengenai potensi kerusakan jaringan, Nanang menyebutkan ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kerusakan jaringan. Faktor tersebut meliputi proyek pihak ketiga, faktor alam, dan lainnya. Khusus untuk Solo, penyebab kerusakan kabel yang dominan adalah proyek pihak ketiga yang bisa memberikan dampak massal.    

“Misalnya ketika ada pengerukan gorong-gorong, ada kabel yang terkena dan putus, maka yang terdampak banyak. Kita ketahui dari awal tahun kemarin sampai akhir tahun, Solo cukup banyak proyek yang dikerjakan sehingga probabilitas gangguan cukup banyak,” kata dia yang didampingi Manager Akses Optima Maintenance dan Data Manajemen Telkom Solo, Wahyono.

Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor lain, seperti angin, pohon tumbang, benang layang-layang dan lainnya, lebih banyak terjadi pada kabel kecil yang menghubungkan langsung ke pelanggan.

Advertisement

Sebagai upaya antisipasi risiko tersebut, Telkom memiliki beberapa inovasi. Salah satunya dengan menyiapkan drop core yang dilengkapi perlindungan dua sling. Dengan begitu ketika tertimpa ranting atau terjerat benang layang-layang, akan terlindungi sling tersebut.

Selain itu ada tim khusus yang selalu berkoordinasi dengan pihak terkait ketika ada proyek pihak ketiga. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Solo, sebab setiap mereka mau melakukan proyek, kami selalu dilibatkan dalam proses planning,” lanjut dia.

Untuk memastikan jaringan Telkom bekerja optimal, saat ini juga tengah dilakukan proyek pemindahan kabel atas tanah menjadi kabel bawah tanah di sejumlah lokasi.

“Pada prinsipnya Pemkot menginginkan agar risiko kecelakaan karena kondisi jaringan yang tidak bagus bisa diminimalisasi. Dari situ harus ada beberapa proyek di mana kabel atas dipindah ke bawah tanah,” kata dia.

Terkait rencana tersebut, saat ini Telkom menangani pilot project di Jl. Ki Hajar Dewantara atau di belakang kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Dengan proyek tersebut, selain kabel jaringan lebih tertata, juga lebih rendah risiko gangguan. Bahkan potensi gangguan bisa turun sekitar 80% dibandingkan jaringan atas tanah.

Selain kendala jaringan, ada pula kendala yang mungkin terjadi dalam layanan telekomunikasi. Biasanya kendala tersebut muncul di perangkat-perangkat yang dipasang di rumah pelanggan.

Advertisement

“Misalnya ONT atau Optical Network Termination, yang biasanya sekaligus sebagai pemancar Wifi, sering tidak disadari, ternyata butuh perawatan,” jelas dia.

Sama seperti perangkat elektronik seperti HP atau komputer, perangkat itu butuh waktu untuk istirahat. Sekali waktu perlu dimatikan kemudian dihidupkan lagi, atau di-restart. Sayangnya, tidak semua pelanggan menyadari hal itu.

Di sisi lain, perangkat tersebut juga menghasilkan panas. Masalahnya, kadang ada pelanggan tidak peduli dalam menempatkan perangkat. “Kami sempat mengukur ada beberapa perangkat yang suhunya sampai 70-80 derajat celcius. Jika perangkat dengan suhu seperti itu kemudian dipakai terus, akan ada kendala,” kata dia.

Untuk mengatasi hal itu Telkom secara periodik dan otomatis akan melakukan restart pada perangkat. Biasanya aktivitas ini dilakukan pada tengah malam, yakni pukul 00.00 WIB. Proses tersebut hanya berjalan sekitar 20 detik.

Wahyono menambahkan sebagai upaya pencegahan, terutama dari faktor alam, Telkom memiliki tim khusus yang bertugas melakukan patroli. Tim ini juga bertugas melakukan penanganan jika ada gangguan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif