News
Sabtu, 26 April 2014 - 06:12 WIB

TARIF LISTRIK NAIK : TDL Industri Naik, Pengusaha Tekstil Terseok-Seok

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas pekerja industri tekstil (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Pengusaha tekstil merasa terbebani dengan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) bagi pelanggan golongan I-3 dan I-4. Kebijakan tersebut dinilai kontraproduktif dengan agenda pemerintah dan melemahkan daya saing tekstil dalam negeri.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Lilik Setiawan, menyampaikan pemerintah mencanangkan pengurangan impor dan meningkatkan ekspor. Namun dengan adanya kenaikan TDL, rencana tersebut dinilai sulit tercapai karena daya saing ekspor tergerus oleh kebijakan tersebut. Hal ini karena kenaikan tarif tersebut akan meningkatkan biaya operasional.

Advertisement

“TDL naik sampai 38% tapi itu [TDL] seperti BBM jadi ada trickle down effect, yang tidak hanya [TDL] naik sendiri tapi juga mengerek harga yang lain sepeti bahan baku, transportasi dan bahan pendukung lainnya. Oleh karena itu, meski biaya listrik menyumbang 30% biaya produksi, kenaikan biaya produksi tidak bisa langsung dihitung karena dampaknya yang besar,” tutur Lilik saat dihubungi Solopos.com, Jumat (25/4/2014).

Dia mengatakan dengan adanya kenaikan TDL tersebut harusnya diimbangi dengan pemberian insentif supaya tidak memberatkan pengusaha. Namun insentif yang diberikan diharapkan berupa penggantian energi yang murah, seperti pengembangan energi biotermal, micro hydro atau sampah.

Sementara itu, Media Manager General Affair PT Sritex, Sri Saptono Basuki, mengatakan akan melakukan penyesuaian dan evaluasi terkait anggaran atau biaya produksi dan operasional. Hal ini karena tidak mungkin melakukan penyesuaian harga jual dalam waktu dekat.

Advertisement

“Tapi hal tersebut [penyesuaian dan evaluasi anggaran] tidak akan berdampak pada PHK. Hal ini karena Sritex terus berekspansi usaha yang pastinya membutuhkan banyak karyawan,” paparnya saat dihubungi secara terpisah.

Pihaknya ke depan lebih mengutamakan pemilihan mesin dengan teknologi hemat listrik. Hal tersebut supaya apabila ada kebijakan terkait kenaikan harga energi tidak berimbas signifikan pada peningkatan biaya produksi dan operasional.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif