Entertainment
Sabtu, 26 April 2014 - 03:33 WIB

PENTAS TARI : Eko Pece Peroleh Cultural Award di Jerman

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Eko Pece saat tampil membawakan karya garapannya berjudul Vol di Freiburg Theatre, Bertoldstraße, Jerman, Minggu (6/4/2014). Tak hanya tampil membawakan karya terbarunya, koreografer asal Solo ini juga mendapatkan penghargaan budaya dari Pemerintah Jerman atas kiprah dan sumbangsihnya di panggung seni tari. (JIBI/Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Dua dekade lebih berkecimpung di dunia seni tari bukanlah waktu yang singkat bagi koreografer sekaligus penari Eko Supriyanto. Langkahnya mengembangkan kreativitas dan kepiawaian menari, terus ia asah lewat berbagai karya yang ia ciptakan. Kiprah dan dedikasi lelaki yang tenar lewat nama panggung Eko Pece ini rupanya mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Jerman.

Bersama penari lain di antaranya Nacera Belaza (Prancis/Aljazair), Florentina Woody (Austria), Vincent Riebeek (Belanda), dan Nelisiwe Xaba (Afrika Selatan), Eko Pece menerima anugerah Cultural Award di Freiburg Theatre, Bertoldstraße, Jerman, Minggu (6/4/2014). “Ini apresiasi yang besar buat saya secara pribadi. Apresiasi dari pemerintah di sini saja belum ada,” kata Eko Pece, saat ditemui di Teater Besar ISI Solo, Kamis (24/4/2014).

Advertisement

Selain mendapatkan apresiasi, Eko Pece mengaku bangga karena dirinya bersama penari terpilih lainnya dipercaya untuk melakukan riset kekaryaan penari asal Jerman Julius Hans Spiegel. Penari tuna rungu yang hidup di era 1920-an tersebut dikenal lewat kreativitasnya membuat komposisi tari. “Karyanya luar biasa. Di samping itu, koleksi topeng, kostum, dan kain jarik yang ia gunakan banyak yang berasal dari Indonesia. Mungkin karena pergaulannya yang dekat dengan salah satu kerabat keraton Jogja yang tinggal di Belanda,” terangnya.

Selepas mengakrabi dan menyimak koleksi yang dipergunakan dalam proses kreatif Julius Hans Spiegel, Eko Pece bersama empat penari lain diarahkan membuat workshop dan karya tari bersama peserta yang terdiri dari 50 penyandang tuna rungu yang tinggal di Jerman. Selama menjalani workshop tari Jumat-Minggu (4-6/4) lalu, Eko Pece mendapati salah seorang penyandang tuna rungu yang awam di dunia tari tapi intens mengikuti latihan bernama Lua Reiner. Peserta workshop ini kemudian diajak mementaskan tarian garapan Eko Pece berjudul Vol. Karya tari ini kemudian dipentaskan Minggu (6/4/2014) malam lalu.

“Saya buat tarian yang bersinggungan dengan suara. Vol sendiri terinspirasi dari vokal atau volume. Keduanya sama-sama dibutuhkan untuk menghasilkan bunyi. Ternyata penari tuna rungu didikan saya itu cukup luwes membawakan tarian selama 50 menit,” ungkapnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif