Soloraya
Sabtu, 26 April 2014 - 04:41 WIB

HTI Tuding Demokrasi Pecah Belah Umat Islam

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Redaktur Pelaksana Harian Umum Solopos Abu Nadhif dengan didampingi Redaktur Rubrik Kota Solo Ayu Prawitasari menemui perwakilan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Soloraya yang bertandang ke kantor redaksi surat kabar ini di Griya Solopos, Jl Adisucipti 190, Solo, Jawa Tengah, Jumat (25/4/2014). (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Dewan Perwakilan Daerah Hizbut Tahrir Indonesia (DPD HTI) Soloraya menilai demokrasi membawa efek buruk bagi umat Islam. Demokrasi dituding telah memecah belah umat Islam. Tudingan itu didasarkan pada perilaku partai-partai politik yang dianggap menggunakan agama sebagai simbol atau slogan pada Pemilu 2014.

Anggapan tersebut dikemukakan Nur Alam Windu Kuncoro dari Divisi Politik dan Kemaslahatan Umat DPD HTI Soloraya yang mengunjungi redaksi Harian Umum Solopos di Griya Solopos, Solo, Jawa Tengah, Jumat (25/4/2014). Kunjungan perwakilan DPD HTI Soloraya yang berjumlah tujuh orang tersebut diterima oleh Redaksi Pelaksana Harian Umum Solopos Abu Nadhif dan Redaktur Ayu Prawitasari.

Advertisement

Menurut Nur Alam, meskipun bersimbolkan Islam, partai peserta pemilu tak memiliki muatan Islam di dalamnya. “Partai politik Islam itu hanya menggunakan agama sebagai simbol atau slogan. Di dalamnya sendiri mereka tidak menerapkan apa yang menjadi ideologi Islam. Saat ini tidak ada bedanya antara partai Islam dan partai nasionalis,” kata dia.

Nur Alam menilai terpecahnya partai Islam di Indonesia di antaranya disebabkan tak adanya landasan Islam di dalam partai tersebut. Selain itu, mereka juga tak memiliki pemikiran dan hukum sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam kunjungan itu, Nur Alam juga menyampaikan agenda HTI yang bakal digelar dalam waktu dekat. “Kami akan menggelar Konferensi Islam dan Peradaban 2014 pada 1 Juni mendatang di Stadion Manahan, Solo. Konferensi digelar secara serempak di 65 kabupaten/kota di Indonesia,” urai dia. Konferensi yang bakal dihadiri 3.000 orang itu, lanjut dia, mengambil tema Saatnya Khilafah Mengganti Demokrasi dan Ekonomi Liberal.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif