Jogja
Jumat, 25 April 2014 - 15:59 WIB

Stok Baru 60%, Pembagian Rasda Kulonprogo Mundur

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, KULONPROGO—Pembagian jatah beras daerah (Rasda) sebagai peralihan program beras untuk rakyat miskin (Raskin) yang dilakukan oleh Pemkab Kulonprogo terancam mundur pembagiannya.

Pasalnya serapan beras dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog)  Sub Divisi Regional (Divre) IV DIY yang berada di Kulonprogo baru mencapai 60% hingga 24 April. Dari total kebutuhan 645 ton beras untuk Rumah Tangga sasaran (RTS), Gapoktan baru dapat menyediakan 385 ton.

Advertisement

Imbasnya penyerahan Rasda untuk April sekaligus launching program perubahan Raskin ke Rasdabaru akan dilakukan pada Mei mendatang.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono mengungkapkan, belum 100% serapan Rasda ke gudang Bulog terjadi karena  Gapoktan mengalami kesulitan dalam tahap pengeringan gabah sehinga stok beras untuk Rasda menjadi terhambat. Hingga kini Gapoktan belum memiliki alat pengering yang memadai.

“Kami sudah usulkan ketersediaan alat pengering untuk Gapoktan. Persetujuan dalam APBD Perubahan. Insya Allah Juni nanti sudah dibahas,” ujar bambang saat peninjauan ke Gudang Bulog, Kamis (24/4/2014).

Advertisement

Kendati belum mampu memenuhi serapan 100%, Bambang tetap optimistis Gapoktan mampu segera memenuhi kekurangan yang masih menyisakan jatah 40% itu.

Dia menambahkan, program Rasda sudah disepakati dalam memorandum of understanding (MoU) antara Bulog de diteken bertepatan dengan panen raya Padi Melati Menoreh (Menor) di Desa Banjararum, Kecamatan kalibawang, akhir Desember 2013 lalu.

Dalam kesempatan serupa, Bupati Kulonprogo, Hasto wardoyo memperjelas, program Rasda merupakan upaya Pemkab untuk memberikan jatah beras yang lebih baik kepada masyarakat.

Advertisement

Menurut dia, Rasda berasal dari hasil pertanian lokal Bumi Menoreh. Praktiknya, Pemkab dan Bulog membeli beras dari para Rp600 per kilogramnya untuk kemudian disalurkan kepada RTS penerima Rasda.

“Kita memang memberikan subsidi untuk program Rasda ini, tapi enggak masalah karena tujuan utama kami adalah memberikan beras dengan mutu yang lebih baik kepada masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, upaya Rasa menjadi cara untuk menghidupkan Gapoktan. Pasalnya dengan kebijakan itu, Gapoktan sudah positif memiliki pasar untuk menjual komoditas pertaniannya.

“Kan setiap bulan sudah jelas kami membutuhkan 645 ton, jadi mereka tak perlu pusing untuk mencari pasar lagi” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif