Soloraya
Jumat, 25 April 2014 - 14:19 WIB

PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL : “Solusi Tidak Lakunya Kios/Los Harus Sesuai Karakter Pasar”

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pasar Pucangsawit (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Solopos.com, SOLO–Ketua DPRD Solo Y.F. Sukasno menyatakan solusi tidak lakunya kios dan los di lantai II sejumlah pasar tradisional harus disesuaikan dengan karakter pasar. Penanganan persoalan tidak lakukan los/kios itu bukan semata-mata untuk mengejar target pendapatan asli daerah (PAD), mengingat kebijakan pembangunan pasar tradisional bukan berorientasi pada PAD.

“Solusi tidak lakukan kios dan los di lantai II pasar tradisional itu harus dilihat per kasus karena karakter permasalahannya berbeda-beda. Di Pasar Nusukan mengapa lantai II sepi karena jenis dagangan yang sama ditemukan di pelataran pasar dan di sejumlah rumah penduduk yang disewakan. Selama ada yang jualan daging ayam dan sapi di lantai bawah, maka pedagang di lantai II tidak akan laku,” tegas Sukasno saat ditemui solopos.com di Gedung Dewan, Jumat (25/4/2014).

Advertisement

Menurut dia, Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) harus mencermati persoalan masing-masing pasar. Sistem zonasi dan akses belum tentu menjadi solusi alternatif di suatu pasar. Berbeda dengan di Pasar Legi dan Pasar Gede. Hampir semua dagangan di pasar itu bisa laku. Persoalan di Pasar Kembang pun berbeda. Menurut Sukasno, solusi untuk sepinya Pasar Kembang harus dikembalikan pada konsep awal pasar itu dibangun. “Harus ada kedisiplinan pedagang. Jangan sampai ada pedagang kembang di pinggir jalan, semua harus masuk pasar. Orang yang membutuhkan kembang pasti akan naik ke lantai II,” tuturnya.

Sukasno menerangkan kebijakan pembangunan pasar tradisional bukan sekadar untuk PAD tetapi lebih memberi fasilitas masyarakat yang menggantungkan hidupkan di pasar tradisional. Mereka itu terdiri atas pedagang, kuli gendong, tukang becak, sampai bank plecit. “Selama pasar itu bisa nguripi mereka, maka pasar tidak akan pernah sepi. Berbeda dengan Pasar Pucangsawit yang sudah tidak lagi nguripi pedagangnya,” tuturnya.

Ketua Komisi III DPRD Solo, Honda Hendarto, menerangkan perubahan konsep dua kios menjadi satu kios yang digulirkan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo itu bisa jadi menjadi solusi untuk menghidupkan Pasar Pucangsawit karena persoalan itu amat teknis. Bagi Honda, kebutuhan dana untuk mengubah dua kios menjadi satu kios itu tidaklah banyak.

Advertisement

“Kan hanya membongkar sekat saja dan merapikan bekan bongkaran. Anggarannya tidak banyak. Langkah itu mungkin sudah menjadi hasil dari evaluasi yang dilakukan dinas terkait. Yang penting itu kebersamaan untuk meramaikan pasar tradisional,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif