Soloraya
Jumat, 25 April 2014 - 01:17 WIB

KEBAKARAN SOLO : Aktivitas Pertokoan Sekitar Toko Merdeka Normal

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas menggunakan ekskavator untuk mengangkat sampah sisa kebakaran toko alat tulis dan kantor Merdeka ke atas truk di Jl. Yos Sudarso, Nonongan, Solo, Kamis (24/4/2014). Sampah tersebut langsung dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kebakaran di Toko Buku Merdeka Jl. Yos Sudarso, Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/4/2014), sempat berimbas sepinya pengunjung pertokoan di kawasan Nonongan. Maklum saja, akibat aktivitas pemadaman api, ujung Jl Yos Sudarso ditutup, aliran listrik pun diputus. Pantauan Solopos.com, Kamis (24/4/2014), ruas jalan itu belum dibuka namun aktivitas perdagangan berangsur normal.

Karyawati Roemah Kaos Al Sultan, Latifah, menyampaikan, Rabu, tidak ada pengunjung. Padahal biasanya pengunjung minimal 15 orang datang membeli. Sepinya pengunjung karena jalan kampung di Kauman dijadikan alternatif jalan tembus akibat penutupan Jl. Yos Sudarso. Hal tersebut menyebabkan jalanan macet sehingga membuat pengunjung enggan untuk mampir.

Advertisement

“Selain itu, kemarin [Rabu] jug ada pemadaman listrik sampai malam jadi waktu buka tidak bisa maksimal meski sudah ada genset. Biasanya tutup pukul 20.00 WIB tapi kemarin tutup pukul 18.00 WIB,” ungkap Latifah saat ditemui wartawan, Kamis. Latifah meyakini pada Kamis situasi berangsur normal meski belum maksimal mengingat beberapa ruas jalan masih ditutup.

Karyawati Toko Kembang Mas, Fatimah, menuturkan pada hari terjadinya kebakaran, tidak ada aktivitas apa pun di toko karena tutup. Meski tutup, dia mengaku karyawan masih tetap berada di lokasi untuk mengantisipasi kondisi terburuk mengingat lokasinya yang sangat dekat.

Menurut dia, kebakaran tersebut mengakibatkan tersendatnya layanan pemenuhan pemesanan pelanggan. Dia menjelaskan pada Rabu ada dua pesanan yang akan diambil tapi tidak bisa dilayani karena kondisi yang tidak memungkinkan. “Padahal pelanggan dari Ngawi sudah jauh-jauh datang ke sini tapi tidak bisa dilayani. Kami mencoba memberi pengertian dan pelanggan bisa menerima keterlambatan pemenuhan pesanan tersebut,” kata Fatimah.

Advertisement

Menurut dia, pengalaman juga pernah mengalami kebakaran pada 2003 silam membuat pihaknya lebih berhati-hati. Selain selalu mengecek kondisi dam jaringan listrik, pihaknya juga menyediakan tiga alat pemadam api ringan (apar).

Meski api sudah berhasil dipadamkan, dia menilai pembeli belum maksimal. Dia nuturkan biasanya pada pagi hingga pukul 10.00 WIB minimal sudah ada pengunjung sekitar 10 orang tapi hari itu hanya 1-2 orang pembeli.

Sementara itu, pegawai Toko Batik Mutiara Timur, Bara Prihantari, menyampaikan kebakaran tidak terlalu mengganggu aktivitas berjualan. Hal ini karena kondisi pasar yang cenderung sepi karena belum masuk waktu liburan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif