Soloraya
Kamis, 24 April 2014 - 15:53 WIB

NASIB PASAR TRADISIONAL : Los dan Kios Tak Laku, PAD Rp5,8 Miliar Melayang

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasar Nongko (ilustrasi/JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO—Pemerintah kota (pamkot) kehilangan pendapatan asli daerah (PAD) Rp5,8 miliar dari pengelolaan pasar tradisional. Realisasi PAD pasar 2013 hanya 71,47% dari total target Rp20,3 miliar. Hilangnya PAD itu disebabkan tidak lakuknya los dan kios lantai II di sejumlah pasar tradisional.

Persoalan tersebut menjadi rekomendasi DPRD Solo yang disampaikan kepada Wali Kota Solo atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Wali Kota 2013 dalam rapat paripurna istimewa di Graha Paripurna Gedung Dewan, Kamis (24/4/2014) siang.

Advertisement

Wakil Ketua DPRD Solo, Muh. Rodhi, sebagai juru bicara Dewan menyatakan pembangunan pasar tradisional ke depan agar memperhatikan perencanaan yang matang. Dia berharap di kemudian hari tidak ada alasan lagi terkait tidak lakukan los dan kios di lantai II pasar. “Pemkot harus membuat kebijakan strategis yang tidak melanggar aturan agar los dan kios di lantai II itu bisa dimanfaatkan secara optimal. Pemkot harus mengevakuasi kinerja pengelolaan pasar mengingat target PAD pasar hanya 71.47%,” tegasnya.

Rekomendasi Dewan itu direspons positif oleh Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo. Dalam sambutannya, Rudy, mengakui masih ada kekurangan dalam kinerja pemkot selama 2013. Masukan, saran, dan rekomendasi Dewan akan dijadikan bahan evaluasi bagi pemkot di masa mendatang. Di bagian lain, Rudy menegaskan tidak terjualnya los dan kios pasar itu akan dikaji dan dicari terobosan yang arif dan bijaksana sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat.

“Seperti Pasar Pucangsawit. Nanti, dua kios di pasar itu akan dijadikan satu dulu baru dijual. Kalau sekarang luas kiosnya terkalu sempit. Kami akan melihat beberapa DED [detail engineering design]. Seperti Pasar Elpabes, ternyata pedagangnya sudah bisa menepati semua. Berbeda dengan Pasar Pucangsawit yang merupakan hasil dari musren [musyawarah rencana pembangunan],” tegas orang nomor satu di Kota Bengawan itu.

Advertisement

Rudy mengklaim Pasar Pucangsawit mulai ada perkembangan positif. Selter kuliner di Pucangsawit juga mulai ramai. “Tinggal kebijakan untuk izin menyatukan dua kios itu. Sepanjang tidak melanggar aturan pasar tradisional dan tidak mengurangi PAD kan boleh. Mau dijadikan pasar khusus, tapi tempatkan kecil kan tidak menarik. Ya, kami renovasi dulu. Dananya dihitung dulu. Rekomendasi Dewan akan dijadikan dasar. Kalau nggempur kan cepat. Harapan saya, Pasar Pucangsawit penuh tahun ini. Termasuk PKL [pedagang kaki lima] bisa masuk di lantai II,” tandasnya.

Sementara, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo, Subagiyo, saat ditemui wartawan secara terpisah, menerangkan hilangnya PAD pasar Rp5,8 miliar itu dari sektor pendapat pasar lain-lain, yakni dari penjualan los dan kios pasar di lantai II yang tidak maksimal. Dia menyatakan realisasi PAD dari retribusi umu tercapai semua. Hilangnya PAD itu terjadi di sejumlah pasar tradisional, seperti Pasar Legi, Pasar Pucangsawit, Pasar Harjodaksino, Pasar Kleco, dan Pasar Kembang.

“Kendalanya ya karena lokasinya di lantai II. Kenapa membuat dua lantai, karena lahan terbatas tapi jumlah pedagang yang banyak. Pasar-pasar yang kami bangun dua lantai di akhir-akhir ini bisa esksis tidak seperti pasar-pasar sebelumnya, seperti Pasar Nangka bisa penuh. Semua itu karena kami bisa mempelajari setiap persoalan, pembangunan pasar sudah dirancang dan zonasinya juga diatur,” tuturnya.

Advertisement

Subagiyo menyontohkan Pasar Gading yang ditata dengan sistem zonasi. DPP mengatur lantai II pasar itu khusus untuk zona pakaian. Persoalan itu, kata dia, berbeda dengan Pasar Legi yang masih dijumpai jenis dagangan yang sama di lantai I dan lantai II. Hal itu mengakibatkan pembeli enggan naik ke lantai II.

“Jadi solusinya yang harus menyediakan akses untuk lantai II dan membuat sistem zonasi. Seperti di Pasar Nongko. Saya memindahkan pedagang itu sampai dua tahun baru tercapai. Kami belajar dengan kenyataan dan selalu mengevaluasi. Kami juga berupaya menciptakan daya tarik di lantai II seperti yang dilakukan di Pasar Gading. Kami juga akan memberi insentif bagi pedagang yang mau memanfaatkan los dan kios lantai II. Ya, pokoke manggon sik,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif