News
Rabu, 23 April 2014 - 07:47 WIB

HARI BURUH 2014 : Pemerintah Diimbau Antisipasi Mayday

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi demonstrasi buruh (Nurul Huda/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Sejumlah kalangan mengimbau pemerintah untuk mewaspadai dampak turunan dari penaikan tarif dasar listrik industri yang berisiko memunculkan gejolak buruh saat Hari Buruh atau Mayday 1 Mei 2014 akibat anjloknya daya beli.

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan penaikan tarif dasr listrik (TDL) oleh pemerintah dipastikan akan berdampak pada kenaikan sejumlah harga barang kebutuhan primer, sekunder, dan tertier yang berisiko memukul daya beli buruh. Menurutnya, dampak kenaikan harga barang memang tidak sebesar saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), namun penaikan keputusan penaikan TDL cukup berpengaruh terhadap daya beli buruh.

Advertisement

“Penurunan daya beli itu lah yang mampu memicu gejolak di tingkat buruh,” katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Jakarta, Senin (21/4/2014). Dampak kenaikan TDL pada periode 2014 ini diyakini akan semakin berat setelah daya beli buruh tergerus pelemahan nilai tukar rupiah yang masih berlangsung sejak akhir tahun lalu.

Sebagai langkah awal, jelas Aviliani, pemerintah harus mewaspadai risiko kenaikan harga, terutama untuk kebutuhan primer. “Untuk itu, pemerintah harus mampu mengamankan kebutuhan pokok yang kontribusinya mencapai 60% dari inflasi.”

Advertisement

Sebagai langkah awal, jelas Aviliani, pemerintah harus mewaspadai risiko kenaikan harga, terutama untuk kebutuhan primer. “Untuk itu, pemerintah harus mampu mengamankan kebutuhan pokok yang kontribusinya mencapai 60% dari inflasi.”

Sekretaris jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita mengatakan aksi demontrasi besar diprediksi akan berlangsung saat Mayday, 1 Mei 2014. “Saat aksi, buruh diprediksi menyuarakan risiko turunnya daya beli akibat kenaikan harga barang,” katanya.

“Sudah waktunya buruh dan menyelesaikan masalah hubungan industrial dengan cara yang lebih santun. Tidak dengan cara turun ke jalan.”

Advertisement

Sekertaris Umum Apindo Sanny Iskandar Sanny Iskandar menegaskan melemahnya daya beli berisiko memunculkan gejolak buruh industri di sejumlah kawasan industri di Tanah Air. “Terus terang saja, kami belum mengantisipasi dampak melemahnya daya beli butuh akibat kenaikan TDL. Tapi pelemahan daya beli pasti terjadi,” kata Sanny yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Seluruh Indonesia.

Hingga saat ini, jelasnya, pengusaha masih berkonsentrasi melakukan negosiasi terhadap termin kenaikan TDL dari usulan sebelumnya. “Apindo terus mengusulkan penaikan TDL dilaksanakan secara bertahap selama 3 tahun. Maksudnya agar pengusaha mampu mengantisipasi pelemahan daya beli.”

Meski demikian, papar Sanny, pengusaha meminta buruh untuk mampu menempuh jalur negosiasi secara biaprtit terkait dampak kenaikan TDL. “Karena TDL ini merupakan masalah bersama.”

Advertisement

Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Krisnadwipayana Payaman Simanjuntak mengatakan buruh dan pengusaha harus mampu bekerjasama menghadapi dampak buruk yang berisiko muncul dari penaikan TDL.

Menurut Payaman, buruh harus mampu bekerjasama dengan pengusaha menyelesaikan secara damai turunnya daya beli. “Penaikan TDL merupakan masalah bersama. Buruh dan pengusaha harus bisa menyelesaikan secara bipartit.”

Sayangnya, Payaman masih enggan mengungkapkan persentase penurunan daya beli buruh yang berisiko muncul dari penaikan TDL industri. “Yang jelas daya beli buruh pasti turun. Pasalnya, kenaikan harga barang sudah bisa dipastikan jika ongkos produksi naik,” tutur Payaman.

Advertisement

Hal senada diungkap Direktur jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Kemenakertrans Irianto Simbolon. “Sudah waktunya buruh dan menyelesaikan masalah hubungan industrial dengan cara yang lebih santun. Tidak dengan cara turun ke jalan.”

“Di daerah aksi akan diarahkan ke kantor gubernur masing-masing dan objek vital lainnya,”

Demo 120.000 Buruh

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Muhammad Rusdi mengatakan saat ini KSPI masih mengoordinasikan 120.000 buruh yang akan beraksi saat Mayday pada 1 Mei 2014. “Ini hanya untuk di kawasan industri di kawasan Jabodetabek.

Aksi buruh di Jakarta akan diadakan dengan mengadakan long march yang dipusatkan di Bundaran HI, Istana Presiden, dan Gelora Bung Karno. “Adapun yang di daerah aksi akan diarahkan ke kantor gubernur masing-masing dan objek vital lainnya,” katanya.

Selain menolak upah murah, paparnya, aksi Mayday 2014 akan menuntut kepada pemerintah untuk menjelaskan persoalan kenaikan TDL. “Kenaikan TDL akan memicu pelemahan daya beli buruh. Namun, jika dilihat dari biaya produksi pengusaha dikhawatirkan akan mengambil sikap dengan memangkas biaya buruh.”

Deputi presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Sulistri mengatakan dalam tren kenaikan TDL buruh dipastikan membeli barang sedikit lebih mahal dari posisi tarif TDL sebelumnya. “Alhasil, buruh yang sebelumnya bisa menabung, harus menekan jumlah tabungannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif