News
Selasa, 22 April 2014 - 11:24 WIB

Anak Masa Kini, Mengenal Putri Mulia dari Google

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa SMA Negeri 9 mendokumentasikan diri dengan mengenakan busana daerah saat memperingati Hari Kartini serta memperingati hari bumi di Kompleks SMA Negeri 9, Jgja, Senin (21/4). Puluhan pendidikan menginstruksikan para siswanya untuk mengenakan busana daerah dengan tujuan untuk memeriahkan peringatan Hari Kartini juga sebagai media untuk mengenalkan budaya yang ada di Nusantara. (HarianJogja/Gigih M. Hanafi)

Peringatan Hari Kartini di sekolah selama ini identik menggunakan baju daerah. Sayangnya, sejumlah murid tidak tahu sejarah Kartini sebenarnya.

Solusutan, 13, siswa SMP 1 Bantul sudah kerepotan sejak pekan lalu. Bersama ratusan siswa Kelas VII dan Kelas VIII lainnya, mereka diwajibkan sekolah menggunakan busana tradisional Jawa untuk memeriahkan peringatan Hari Kartini yang jatuh pada Senin (21/4/2014).

Advertisement

“Nyari pakaiannya sewa, sudah sejak Jumat, selain itu juga ribet mau jalan susah pakai pakaian kaya gini,” ungkap Solusutan.

Sejak Senin pukul 06.00 WIB, remaja itu harus sudah merapikan diri dengan memakai beskap dan kain batik untuk bawahan.

Advertisement

Sejak Senin pukul 06.00 WIB, remaja itu harus sudah merapikan diri dengan memakai beskap dan kain batik untuk bawahan.

“Kalau siswa cewek lebih ribet lagi, sejak subuh sudah harus dandan dan pakai kebaya,” ungkap Agung Nur Hidayat, siswa lainnya.

Setelah siap berbusana daerah, ratusan siswa itu wajib mengikuti berbagai perlombaan. Mulai dari paduan suara, merangkai bunga, merias wajah dan sejumlah perlombaan lainnya yang tidak berkaitan dengan semangat Kartini.

Advertisement

Kebanyakan sekolah-sekolah di DIY setiap peringatan Hari Kartini mewajibkan siswa-siswinya berbusana daerah. Sayangnya, sejarah maupun perjuangan Kartini justru tidak diberikan kepada siswa-siswi.

Ketika Harian Jogja bertanya pada sejumlah siswa SD Negeri Triharjo, Sleman, banyak yang tidak tahu siapa itu Kartini.  “Nggak tahu. Nggak kenal [Kartini],” kata Nisa, siswa Kelas IV.

Padahal, beberapa menit sebelumnya saat peringatan seluruh siswa diberikan pengenalan tentang sosok Kartini dalam sebuah upacara. Nisa mengaku tidak mendengarkan apa yang disampaikan pembina upacara. Begitu juga dengan Tarisa, teman sekelasnya. “Lupa tadi pas upacara ngomongin apa,” ujarnya.

Advertisement

Ada juga beberapa siswa yang menjawab bahwa Kartini adalah “putri yang mulia,” seperti apa yang tertulis di lirik lagu Ibu Kita Kartini.

Namun sejumlah siswa lainnya mengaku tahu mengenai sepak terjang Kartini. “Kartini itu pahlawan perempuan yang berjuang dan bisa bikin perempuan sekolah,” tutur Sekar, siswa Kelas VI.

Teman sekelasnya, Rian, malah bisa menjawab secara rinci, mulai dari kapan Kartini dilahirkan hingga jasa apa yang dibuatnya. Namun ketika ditanya darimana dia tahu itu, dengan lugu dia menjawab, “Dari google.” Jawabnya yang saat itu memang sedang menggenggam gadget.

Advertisement

Meski sudah menjelaskan mengenai sejarah Kartini,  Surachmin, Kepala SD Negeri Triharjo mengaku belum pernah membacakan surat-surat Kartini. “Mungkin untuk tahun depan bisa ditambahkan kegiatan itu di setiap kelas,” katanya.

Surachmin mengaku tidak melupakan esensi dari perayaan Hari Kartini. “Hari ini kami memberikan motivasi pada anak dan berterima kasih atas perjuangan RA Kartini yang berhasil dengan emansipasi wanitanya,” katanya. “Selain bisa sekolah, sekarang pria dan wanita bisa sama-sama bekerja,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif