News
Minggu, 20 April 2014 - 23:40 WIB

RICUH PPP : Rapimnas PPP Ubah Peta Politik Jelang Pilpres 2014?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)(Dok/JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, JAKARTA —Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I PPP yang digelar kubu Romahurmuziy atau Romi memutuskan memberhentikan sementara Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA). Ricuh yang semakin meruncing di tubuh partai berlambang Kakbah itu dinilai bakal mengubah peta politik menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014.

Rapimnas yang berakhir Minggu (20/4/2014) dini hari di Kantor DPP PPP, Jl. Diponegoro, Jakarta tersebut dihadiri 26 ketua DPW dan 25 pengurus harian DPP, serta dua orang ketua majelis yang terdiri atas majelis pakar dan pertimbangan. Mereka memberhentikan sementara Suryadharma Ali lalu mengangkat Wakil Ketua Umum PPP Emron Pangkapi sebagai Ketua Umum PPP sementara atau Pelaksana Tugas (Plt).

Advertisement

Direktur Polcomm Institute Heri Budianto menilai konflik internal PPP dapat mengubah peta dukungan terhadap calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres mendatang. “Suryadharma Ali sebagai Ketua Umum PPP harus menyelesaikan konflik internal partainya. Kalau konflik itu tidak selesai maka akan ada perubahan peta dukungan terhadap Gerindra [Prabowo Subianto] dalam pilpres mendatang,” ujar Heri Budianto seusai diskusi Dinamika Internal Partai Jelang Pilpres 2014 di Menteng, Jakarta, Minggu (20/4/2014).

Menurut dia, kalau konflik internal PPP ini tidak dapat dirampungkan maka pengurus partai berlambang Kakbah tersebut di tingkat ranting tidak akan mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden. “Sehingga hal tersebut merupakan kerugian bagi Gerindra dan menimbulkan dampak negatif politik terhadap Prabowo Subianto,” ujar dia.

Karena selain tokoh yang berperan di dalam memenangkan pertarungan Pilpres, mesin partai itu adalah hal yang penting juga untuk dapat memaksimalkan dukungan yang ada di tingkat-tingkat bawah. “Keuntungan yang tidak baik itu adalah Gerindra, karena akan sulit baginya kalau mesin partai koalisinya tidak berjalan,” ujar dia.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif